
(Vibizmedia – Jakarta) Memasuki tahun politik pada 2018 mendatang, Presiden Jokowi berpesan kepada sejumlah ekonom Indonesia agar dapat memilah antara persepsi politik dengan persepsi ekonomi.
Dalam Sarasehan kedua 100 ekonom Indonesia di Puri Agung Convention Hall, Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Presiden Joko Widodo mempertanyakan sikap dunia usaha yang mengambil posisi wait and see dalam menanamkan investasinya, terutama karena alasan Indonesia akan memasuki tahun politik pada 2018 mendatang.
Presiden mengatakan kalau mau wait and see sampai kapan? Sementara pada tahun 2014, 2015, 2016, 2018 dan 2019 adalah tahun kontestasi politik baik berupa pemilihan kepada daerah maupun pemilihan Presiden.
Untuk itu, dirinya berpesan agar ekonomi tetap berjalan dan begitu halnya di bidang politik. Berdasarkan informasi dari Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, dengan adanya kontestasi politik justru terdapat penambahan belanja.
Penambahan belanja tersebut berasal dari belanja iklan, belanja spanduk, belanja kaos dan belanja sembako, terang Presiden Jokowi. Presiden meminta agar semua pihak perlu memulai bersama-sama agar yang politik tetap berjalan, demikian hal nya di bidang ekonomi.
Mengenai kegiatan politik seperti Pilkada serentak adalah bukan pertama kali Indonesia menjalankan hal itu dan begitu pun halnya dengan penyelenggaraan pemilu. Presiden Jokowi ingatkan bahwa pemilu dan pilkada sebelumnya semua berjalan dengan baik dan aman-aman saja, terangnya.
Disamping itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani, mengatakan Pilkada tahun depan bukan menjadi tantangan untuk melakukan ekspansi. Pasalnya, pesta demokrasi pemilihan kepala daerah kerap terjadi di setiap tahunnya.
Kita dunia usaha sampaikan juga karena kita lihat Pilkada bukan sesuatu baru, suatu hal hampir setiap tahun, terang Rosan.
Selain itu, tren perbaikan ekonomi dunia di tahun depan juga menjadi pemicu menggenjot perekonomian dalam negeri. Ditambah lagi, harga komoditas mulai mengalami perbaikan.
Membaiknya harga komoditas akan berimbas ke perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan. Pasalnya, sektor komoditas mendominasi volume ekspor Indonesia.
Ditambah lagi, program padat karya tunai yang akan dijalankan pemerintahan Presiden Jokowi tahun depan, dimenilai mampu meningkatkan daya beli masyarakat sekaligus menyerap banyak tenaga kerja, jelas Rosan.
Journalist: Rully
Editor: Mark Sinambela