Suatu hari saya menghadiri undangan seminar di Kantor Bappenas di Jalan Taman Suropati No. 2, Menteng, Jakarta Pusat. Di luar prediksi lalu lintas lancar sekali, alhasil saya tiba lebih pagi. Kemana dulu ya? Tiba-tiba mata saya tertuju pada Taman Suropati yang tak terhitung berapa kali saya lewati namun belum pernah masuk ke dalam taman tersebut. Langsung kaki ini saya arahkan ke taman yang berlokasi berseberangan dengan Kantor Bappenas .
Taman Suropati dahulu bernama Burgemeester Bisschopsplein, diambil dari nama burgemeester (wali kota) Batavia pertama saat itu yakni G.J. Bisshop yang menjabat pada tahun 1916 sampai 1920. Setelah Indonesia merdeka, nama tersebut kemudian diubah menjadi Taman Suropati.

Yang paling mencolok di Taman Suropati adalah hadirnya keteduhan dari puluhan pohon Mahoni (Swietenia mahagoni) raksasa dan artistik menghiasi taman ini. Sejak zaman penjajahan Belanda pohon Mahoni banyak ditanam di pinggir jalan sebagai peneduh terutama di sepanjang jalan yang dibangun oleh Daendels antara Anyer sampai Panarukan. Tapi sekarang pohon Mahoni memang dibudidayakan karena kayunya mempunyai nilai ekonomis tinggi. Kualitas kayunya keras, sangat bagus untuk bahan pembuatan meubel, barang-barang ukiran dan kerajinan tangan lainnya.
Selain pohon Mahoni juga ada pohon besar lainnya seperti Sawo Kecik (Chrysophiliiumsp), Ketapang (Terminalia catappa), Tanjung (Mimusop elengi), Bungur (Lagerstromea loudnii) yang dirawat dengan baik oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta.

Seperti taman kota lainnya, Taman Suropati dihiasi air mancur bahkan ada 2 air mancur yang bisa dinikmati indahnya, gemercik bahkan cipratan airnya yang menyejukkan.

Suasana teduh di taman ini makin dihidupkan dengan cuitan dan kepak sayap burung dara yang beterbangan di sekitar taman. Sarang burung dara yang khas juga melengkapi keindahan dan taman.

Wah…cantinya taman ini, warga sekitar memanfaatkannya untuk berolah raga pagi, selalu tampak mobil parkir sekeliling taman, pemiliknya lari pagi atau jalan-jalan beberapa kali mengitari taman. Di siang hari ternyata ada pengunjung juga, mahasiswa yang berdiskusi, para pegawai kantor sekitar yang beristirahat sejenak setelah makan siang, juga tampak warga asing duduk membaca buku.
Paduan tanaman dan karya seni bisa dengan puas Anda nikmati, terdapat karya seni berupa patung atau monumen. Salah satunya monumen simbol “Persaudaraan” hasil karya Nonthivathn Chandhanapalin, dari Thailand, seperti tampak pada gambar.

Sebenarnya, tidak harus kita mencari tempat refreshing ke luar kota, taman Suropati bisa jadi alternatif bagi masyarakat yang ingin melepas penat di sore hari atau di akhir pekan.
Emy T/ Journalist/ VM Editor: Emy Trimahanani