Menperin: Strategi Pemerintah Genjot Daya Saing Industri

0
809
Menperin Airlangga Beberkan Strategi Pemerintah Genjot Daya Saing Industri (Foto Dok. Kemenperin)

(Vibizmedia – Nasional) Pemerintah Indonesia bertekad fokus menggenjot daya saing industri manufaktur nasional agar makin kompetitif di kancah global. Sejumlah langkah strategis yang akan dijalankan secara sinergis bersama seluruh stakeholder, saat ini tengah disiapkan.

“Salah satu yang perlu diperbaiki adalah supply chain-nya, terutama terkait dengan tumbuhnya industri-industri hulu. Contohnya, di industri makanan dan minuman, yang hulunya adalah sektor pertanian, baik itu yang berbasis kakao atau lainnya,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto seusai menjadi pembicara pada Trade Tourism and Investment Seminar 2019 di BSD City, Tangerang, Kamis (17/10).

Selanjutnya, menurut Menperin, upaya lain yang perlu dilakukan adalah harmonisasi tarif. Misalnya untuk lebih menguatkan struktur industri tekstil dan produk tekstil (TPT). “Dari hulu sampai hilir, value chain kita di sektor ini sudah lengkap dibanding Vietnam yang hanya kuat di hilir,” ujarnya.

Terkait pengembangan industri TPT, pemerintah berupaya melakukan restrukturisasi mesin dan peralatan produksi. Tujuannya agar semakin produktif dan efisien.

Pemerintah juga sudah melakukan pembatasan impor di Pusat Logistik Berikat (PLB). “Karena sebelumnya, importir umum terlalu banyak diberikan sehingga menjadi terdampak di industri yang tengah. Kami apresiasi terhadap upaya yang dilakukan oleh Menteri Keuangan tersebut. Nantinya, dengan ekspor naik, industri tengah juga ikut naik,” imbuh Airlangga.

Kebijakan lain yang perlu dijalankan adalah merevisi regulasi yang terkait dengan pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Langkah ini misalnya untuk menggenjot daya saing industri furnitur. “Kalau kayunya masih kena PPN, tidak akan kompetitif, karena di ASEAN kan bebas tarif dan PPN,” tuturnya.

Sedangkan untuk sektor industri baja, pemerintah harus berani mengambil kebijakan terkait Bea Masuk Tindakan Pengamanan Perdagangan (Safeguard). Hal ini guna menanggulangi banjirnya produk baja impor yang masuk ke pasar dalam negeri.

Airlangga optimis, beberapa sektor manufaktur akan semakin ekspansif di tengah bergulirnya era industri 4.0. Apalagi sudah ada strategi dan arah yang jelas dalam implementasi program prioritas yang tertuang di dalam peta jalan Making Indonesia 4.0.

Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, lima sektor manufaktur yang akan menjadi andalan dalam penerapan industri 4.0 pada tahap awal adalah industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronika, serta kimia.

Kelima sektor tersebut berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional, di antaranya menyumbang hingga 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan, 65% terhadap ekspor, dan 60% terhadap penyerapan tenaga kerja.

Melalui penerapan industri 4.0, Indonesia diyakini bakal mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1-2%, dengan kontribusi manufaktur terhadap PDB sebesar 25%, net export hingga 10%, dan menyediakan 10-15 juta lapangan kerja.

Dengan sasaran tersebut, aspirasi besar yang ingin dicapai adalah Indonesia bisa menjadi 10 negara dengan ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2030.

Emy T/Journalist/ VM
Editor: Emy Trimahanani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here