(Vibizmedia – Lifestyle) Berkeliling menyusuri kota Surabaya di malam hari, melewati riuh ramai orang –orang yang mencari kuliner malam, memang seru. Ya, dibalik cahaya lampu lampu kota yang cantik terdapat banyak sekali deretan kuliner malam yang sangat menggoda. Penulis pun turut ikut serta dan mencoba sensasi hunting kuliner malam di kota Surabaya.
Benar saja, tibalah saya di sebuah warung yang terlihat sangat sederhana. Namun walau sederhana warung ini ditata dengan baik dan mengambil konsep nuansa tempo dulu. Kesan ini muncul karena terdapat dekorasi–dekorasi dengan tulisan ejaan lama. Ornamen dan simbol kemerdekaan juga turut menghiasi Warung Mbah Cokro ini. Radio kuno, proyektor film yang berkarat, poster–poster film zaman dulu, piringan hitam, kamera layar tancap dan masih banyak lagi ornamen–ornamen yang menambah kesan tempo dulu.
Warung ini sendiri terletak di Jalan Raya Prapen 22, Surabaya, Jawa Timur. Diambil dari nama HOS Cokroaminoto dengan tagline “Indonesia Masih Ada”. Warung Mbah Cokro memberikan inspirasi baru buat kita dan mengenang masa perjuangan arek-arek Suroboyo. Berbicara kuliner yang disajikan Warung Mbah Cokro bukan sesuatu yang luar biasa, tapi merupakan teman yang tepat untuk mengisi suasana malam.
Layaknya angkringan, Warung Mbah Cokro menyuguhkan beberapa menu favorit khas Jawa Timur. Seperti Sego Kucing (nasi dengan bungkus daun pisang), kopi, wedang tape, teh jahe dan menu camilan lainnya, seperti sate usus, tempe goreng, tahu goreng, dan sate kerang. Dan penulis pun mencoba wedang tape, benar saja hanya beberapa teguk terasa sekali jahe bercampur rempah–rempah langsung menghangatkan badan. Cara penyuguhannya pun masih menggunakan cangkir–cangkir jadul dan airnya sendiri direbus menggunakan panci besar.
Warung ini juga kerap dijadikan tempat tongkrongan para alumni Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS), para seniman dari Dewan Kesenian Surabaya (DKS), wartawan, dan warung Mbah Cokro juga kerap dijadikan tempat diskusi. Mulai diskusi foto, pemutaran film, sampai ilmu pengetahuan. Di hari akhir pekan biasanya juga ada live musik akustik dan pagelaran acara dari seniman-seniman lokal Surabaya. Semakin malam biasanya semakin ramai anak-anak muda berdatangan.
Dan memang melalui kabar dari mulut ke mulut, warung berkonsep jadul ini mulai banyak dikunjungi anak muda di Kota Surabaya.
“Pertamanya tahu dari teman-teman, hingga jadi penasaran dan ingin tahu Mbah Cokro, karena sering juga jadi obrolan di Grup WA dan setelah ke sini, oh ternyata ini. Harga makanannya murah banget dan suasananya pol asyik,” kata Fandi mahasiswa Institut Teknologi 10 November Surabaya (ITS), di Surabaya saat berkunjung di Mbah Cokro, seraya tertawa.