Diplomat Muda Kemenlu: Tren Digital Peluang Bagi ASN Milenial

0
756
Diplomat muda Kementerian Luar Negeri yang juga merupakan ASN Milenial Dinie Suryadini. FOTO: KEMENPANRB

(Vibizmedia-Nasional) Untuk menghadapi tantangan dalam persaingan global, Aparatur Sipil Negara (ASN) tidak boleh hanya sekadar bekerja menjalankan tugas-tugas rutin saja atau business as usual. Diplomat muda Kementerian Luar Negeri Dinie Suryadini Mukti Arief mencontohkan kondisi pandemi Covid-19 sebagai sebuah kondisi dimana ASN harus adaptif, responsif, inovatif, dan kreatif terhadap sebuah perubahan.

Menurutnya, ASN menjadi salah satu aset birokrasi yang diharapkan bisa mewujudkan cita-cita pemerintahan berkelas dunia (world class government) tahun 2024. Untuk itu, ASN harus mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks, seperti digitalisasi, globalisasi, information overload, maupun tantangan saat ini yaitu pandemi Covid-19.

Dinie menegaskan tidak bisa dipungkiri bahwa globalisasi dan digitalisasi menuntut ASN, khususnya ASN milenial untuk menjadi generasi pembelajar atau lifelong learner. Tidak hanya menerima, tetapi juga beradaptasi dan mengikuti perubahan ke arah yang positif.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang masif saat ini tentu menjadi tantangan sekaligus peluang bagi ASN untuk memenangi persaingan global.

ASN, lanjutnya, harus bisa menyesuaikan diri dengan the new normal yang diramalkan akan terjadi setelah pandemi Covid-19 berakhir.

“Jadi ketika kita masuk ke kantor kita harus benar-benar menyadari ada new normal dan kita harus beradaptasi sehingga hal tersebut tidak mempengaruhi produktivitas kita,” ungkapnya pada Selasa 19 Mei 2020.

Dinie menambahkan, penggunakan cara-cara cerdas (smart power) juga dibutuhkan dalam menghadapi tantangan global. Generasi milenial yang sering disebut sebagai digital natives bisa memanfaatkan teknologi untuk membuka cakrawala berpikir dan memandang teknologi sebagai peluang untuk meningkatkan kompetensi, baik pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan perilaku.

Bersamaan dengan perkembangan teknologi yang masif serta digitalisasi informasi, milenial juga dihadapkan pada information overload.

Kondisi ini tidak jarang menyebabkan paradox of plenty, dimana informasi yang ada sangat melimpah namun tidak dimanfaatkan dengan baik atau bahkan disalahgunakan. “Kita sebagai ASN harus mampu memilah informasi yang begitu melimpah menjadi ilmu yang berharga. Jadi jangan sampai teknologi yang mengatur kita,” imbuhnya.

Selain dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual dan skill yang mumpuni, ASN milenial harus memiliki kemampuan kolaboratif. Artinya, generasi milenial yang lebih menyukai cara kerja yang cepat, fleksibel, dan dinamis harus bisa berkolaborasi dengan generasi terdahulu yang memiliki pola kerja berbeda.

“Disinilah nilai dimana ASN milenial bisa menjadi bridge builder diantara generasi-generasi yang ada. Jadi kita berkolaborasi dengan dialog dan menyampaikan gagasan dengan alasan-alasan logis,” terang Dinie.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here