
(Vibizmedia-Kolom) Cina tidaklah segera dapat melakukan pemulihan ekonomi setelah kondisi Wuhan bebas dari karantina wilayah (lockdown). Trauma dan ketakutan terhadap pandemic Covid-19 masihlah ada hingga sekarang, sekalipun toko dan restoran sudah buka namun masyarakat memilih untuk tetap hidup seperti stay at home. Wuhan juga mengalami kerusakan dalam hal jalur pasokan bahan baku, sehingga kekurangan bahan baku terjadi dimana-mana.
Kondisi setelah lockdown tidak serta merta membuat perekonomian bangkit kembali. Negara-negara yang menerapkan lockdown yang ketat mengalami kesulitan dalam pemulihan ekonomi. Cina ekonominya terkontraksi hingga 6,8 persen pada triwulan I-2020. Amerika Serikat tumbuh minus 4,8 persen pada triwulan I-2020. Italia tumbuh minus 4,8 persen pada triwulan I-2020, Perancis tumbuh minus 5,8 persen, Spanyol minus 5,2 persen dan Australia minus 6,7 persen.
Sebaliknya Jepang sebagai negara yang tidak melakukan lockdown maka jalur distribusi nya tetap terjaga dan pertumbuhannya minus 1,8 persen. Demikian juga negara-negara seperti Jerman, Belanda, Inggris, Swedia yang melakukan lockdown tapi tidak terlalu ketat tumbuh negatif namun tidak sebesar negara yang melakukan lockdown.
Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19 ini menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kondisi di triwulan I 2020 sudah terjadi perlambatan karena pembatasan ini membuat konsumsi dan produksi menjadi turun. Pertumbuhan konsumsi menjadi 2,84 persen turun dari 5,02 persen pertumbuhan pada triwulan IV 2019. Produk domestic Bruto Indonesia juga mengalami penurunan menjadi 2,97 persen. Memasuki triwulan II dan III dimulai dengan PDB yang minus 0,3 persen pada triwulan II dan diperkirakan antara minus 0,1 hingga 0,5 persen pertumbuhan PDB di triwulan III. Untuk menjegah kondisi ini pemerintah telah melakukan paket kebijakan ekonomi, khususnya memberikan perlindungan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Pemerintah juga melakukan relaksasi perbankan dan relaksasi fiskal.
Indonesia diharapkan akan segera masuk new normal, dimana terjadi perubahan perilaku masyarakat, perilaku konsumi yang mengutamakan hidup sehat. Seperti senantiasa menggunakan masker bila berpergian keluar, sering cuci tangan, menjaga jarak saat bertemu. Hal yang sudah banyak berubah juga adalah pola bekerja, pendidikan dan melakukan transaksi yang berbasis daring. New normal adalah peluang yang perlu diambil untuk memperkuat ekonomi Indonesia seiring dengan pemulihan kondisi keselamatan masyarakat pasca Covid-19.
Alfred Pakasi, Managing Partner Vibiz Consulting menyatakan new normal economy memang harus diterapkan agar ekonomi dapat kembali bangkit di tengah situasi wabah virus ini. PHK massal berkelanjutan harus dicegah, para pekerja harian perlu kembali menghasilkan pendapatan mereka untuk kehidupannya dan keluarganya. Di sejumlah negara saat ini sudah menerapkan economic reopening secara bertahap, seperti di sebagian negara Eropa, juga rencananya di sebagian Amerika Serikat.
Pembukaan ekonomi kembali ini juga sejalan dengan indikasi secara global penurunan kurva penyebaran virus corona dari Wuhan ini, ditambah dengan berita positif tentang ditemukannya vaksin anti virus corona dari perusahan biotech Moderna dan terakhir Novavax dari AS yang menambah optimisme pasar.
Pada dasarnya penerapan new normal economy membutuhkan kesadaran bersama, termasuk dan terutama, masyarakat banyak kita. Semua pihak harus sadar ini adalah new normal. Jika tidak disertai kesadaran dan ketaatan bersama, yang dikhawatirkan adalah munculnya gelombang baru wabah virus. Ini yang harus kita cegah bersama, sembari tetap mengupayakan rebound-nya ekonomi. Kita juga berharap vaksin dan obat untuk virus corona ini segera efektif dan terbukti.