Strategi Komprehensif OJK Menghadapi Tantangan Ke Depan

0
754
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso. FOTO: OJK

(Vibizmedia-Nasional) Setelah hampir satu tahun pandemi menerpa Indonesia, terjadi perubahan pada wajah Indonesia di berbagai sektor. Secara alami semangat untuk bertahan, inovasi dan solidaritas seluruh komponen bangsa terus tidak berhenti menghadirkan jalan keluar untuk Indonesia. Tantangan belumlah berhenti namun sikap optimis dan pantang menyerah, membangkitkan pemikiran, ide dan terobosan untuk mengatasinya. OJK juga memahami tantangan yang terjadi pada Sektor Jasa Keuangan (SJK) baik jangka pendek maupun struktural yang dialami.

Tantangan Sektor Jasa Keuangan

Tantangan struktural yag dihadapi oleh SJK saat ini ada beberapa hal. Dimulai dari ketidakpastian perekonomian global dan domestik, revolusi ekonomi digital, kebutuhan pembiayaan perekonomian nasional, ketimpangan literasi dan inklusi keuangan dan perlunya peningkatan pengawasan yang efektif.

Tantangan Struktural SJK

Ketidakpastian ekonomi global mempengaruhi ekonomi domestik, kondisi di Amerika, Eropa, Jepang belum surut dengan pandemi covid 19, ditambah dengan situasi geo politik yang mengoncangkan berbagai negara dan sangat mempengaruhi perekonomian dunia. Kondisi ini tetap memukul kondisi ekonomi dalam negeri dan ini adalah yang struktural karena pemulihannya membutuhkan, dimana situasi dunia tidak sama lagi dengan kondisi sebelum pandemi. Kondisi yang paling berubah adalah adanya transisi digital yang sangat cepat, dunia sudah berubah kepada transaksi digital yang menjamin keamana dan kesehatan karena digital menciptakan contact less economy. Tentunya hal ini adalah tantangan bagi SJK yang relatif belum semua memiliki transaksi digital yang mengakomodir kegiatan dan transaksi keuangan dari rumah.

Kebutuhan pembiayaan perekonomian nasional sekarang ini terbilang sangat tinggi, disebabkan keinginan Indonesia mengejar pembangunan manusia dan pembangunan infrastruktur. Indonesia memerlukan terobosan dalam mengundang investasi asing atau FDI (Foreign Direct Investment). Alasan pertama adalah kebutuhan pembiayaan ke depan yang masih tinggi sekali. Dengan visi Indonesia Maju 2045, menjadi 5 besar kekuatan ekonomi dunia, diperlukan investasi yang besar. Terutama dalam lima tahun terakhir pemerintahan Jokowi fokus ke infrastruktur dan juga lima tahun ke depan masih akan fokus ke infrastruktur, sehingga terjadi kesenjangan antara kapasitas pembiayaan dan kebutuhan pembangunan yang besar. Namun tingkat FDI Indonesia, sejak tahun 2016 mengalami stagnasi hingga sekarang, secara incremental tidak terjadi pertumbuhan FDI. Di sisi lain yang mungkin banyak dipilih adalah pembiayaan dengan berhutang, namun rasio hutang terhadap PDB Indonesia sudah di atas 30%. Pembiayaan pembangunan bila mau dilakukan melalui BUMN, sudah tidak dapat dilakukan, karena debt equity ratio kebanyakan BUMN sudah melebihi batas wajar. Misalnya BUMN seperti Adhi Karya memiliki debt equity ratio mencapai 5,76 kali. Waskita mendekati 4 kali. Padahal batas maksimum debt equity ratio adalah 3-4 kali. Untuk mengatasi hal ini pemerintah membentuk SWF dengan nama Lembaga Pengelola Investasi atau Indonesia Investment Authority (INA). INA didirikan tidak lepas dari keinginan pemerintah untuk mengatasi pembiayaan dan kebutuhan pembangunan yang tinggi dengan masuknya FDI.

SJK juga diperhadapkan dengan kondisi literasi dan inklusi keuangan yang masih rendah, ini membuat terjadi adanya kerugian di masyarakat. Indeks Keberdayaan Konsumen (IKK) , ada empat level, paham, mampu, kritis dan berdaya. IKK Indonesia di level mampu. Skor IKK di Indonesia pada tahun 2019 sebesar 41,70, meningkat setelah tahun sebelumnya berada pada nilai 41,40. IKK Indonesia tertinggal dibandingkan negara maju dimana IKK mereka antara 53 hingga 67 di level berdaya. Dengan kondisi ini maka data pengaduan pelanggan yang diterima oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (disingkat: YLKI), terbanyak adalah pengaduan dari konsumen jasa keuangan, kemudian konsumen e-commerce dan telekomunikasi. Pengaduan peer to peer lending, yang terbanyak dalam jasa keuangan. Beberapa masalah adalah adanya perusahaan illegal dari luar negeri yang beroperasi di Indonesia. Bunga dan denda harian yang sangat tinggi. Menyadap data pribadi konsumen dan melakukan terror kepada konsumen. YLKI memandang OJK perlu meningkatkan pengawasan peer to peer lending illegal ini.

Tantangan Tahun 2021

Sumber: OJK

Selain tantangan struktural ini SJK juga menghadapi tantangan jangka pendek di tahun 2021. Kondisi pasar keuangan masih berpotensi mengalami volatilitas yang tinggi yang dipengaruhi oleh sentimen pelaku pasar. Dukungan pembiayaan yang bersifat jangka menengah dan panjang untuk Program PEN. Keberlanjutan kebijakan stimulus dalam rangka mendukung PEN dan tahapan normalisasi. Ketidakpastian perekonomian dampak pandemi Covid-19 yang mempengaruhi kekuatan pemulihan permintaan dan daya beli masyarakat serta produksi dan distribusi barang dan jasa.

Strategi Komprehensif Sektor Jasa Keuangan

Kerangka strategi untuk menghadapi situasi pandemi telah disiapkan oleh OJK untuk meningkatkan ketahanan dan daya saing Sektor Jasa Keuangan (SJK). Apa saja strategi itu? Tentu akan menarik bagi kita yang berkecimpung di dunia keuangan, namun tentunya bagi semua kita karena tidak ada organisasi bahkan individu yang terhubungan dengan keuangan.

Strategi Struktural 2021-2025

Sumber: OJK

Terdapat tiga pilar yang disiapkan memasuki tantangan yang ada di depan. Pertama pertama penguatan ketahanan dan daya saing dengan empat langkah di dalamnya, lalu yang kedua pengembangan eko sistem jasa keuangan dengan tujuh langkah di dalamnya dan ketiga adalah akselerasi transformasi digital dengan enam langkah di dalamnya. Ketiga strategi ini sudah mulai dilakukan sejak tahun 2021 ini. Kesamaan strategi yang terliha dengan jelas pada strategi jangka pendek adalah pada strategi transformasi digital.

Menghadapi tantangan jangka pendek disusun juga beberapa langkah yang berfokus bagaimana mendukung pemulihan ekonomi nasional (PEN). SJK tentu saja searah dengan strategi pemerintah, bagaimana agar pemulihan ekonomi nasional bisa berjalan dengan baik.

Strategi Jangka Pendek 2021

Sumber: OJK

Khususnya adalah peranan SJK dalam penerapan insentif yang dilakukan oleh pemerintah untuk sisi supply dan bagaimana tetap meningkatkan permintaan melalui bantuan tunai bagi mereka yang terimbas dengan kondisi pandemi agar tetap melakukan konsumsi. SJK tentu sangat berperan penting dalam memberikan relaksasi bagi para debitur yang sekarang kondisinya terjepit dengan turunnya pendapatan akibat terganggunya demand dan supply chain. Banyaknya pelaku pasar yang ingin beralih menjadi digital company dijawab dengan strategi sektor jasa keuangan menolong nasabahnya untuk bisa ada dalam pasar digital. Integrasi pasar digital dengan SJK antara lain dilakukan dengan memudahkan sistem pembayaran dan juga fasilitas applikasi yang bisa digunakan nasabah khususnya UMKM.

Strategi ini searah dalam menopang UMKM secara jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di tengah pandemi Covid-19 membutuhkan peran pemerintah untuk bertahan hidup. Untuk selamat dari pandemi, UMKM dalam negeri dituntut cepat beradaptasi agar usaha terus berjalan.

Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2021

Sumber: Kemenkeu

Dalam hal ini Kemenkop telah menyiapkan dua skema yang juga sejalan dengan program Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Nasional (Satgas PEN).

1. Memperkuat UMKM yang sudah bankable atau terintegrasi dalam sistem perbankan, skemanya seperti restrukturisasi pinjaman, insentif pajak, mempermudah akses pembiayaan dan modal kerja baru, termasuk pembiayaan koperasi.

2. Memperkuat UMKM yang unbankable atau belum terintegrasi dalam sistem perbankan yang disokong melalui bansos dan banpres. Disini diperlukan bekal bagi usaha mikro untuk bisa bertransformasi masuk ke skema yang bankable.

Memang ada tantangan untuk menuju UMKM go digital antara lain pola usaha dan cara berpikir yang masih tradisional; juga keterbatasan pengetahuan dan akses teknologi; serta beberapa kendala akses pembiayaan. Namun di depan ada peluang yakni dukungan luas dari platform digital; juga perilaku konsumen Indonesia yang berubah makin ke arah digital, serta ketersediaan sistem pembayaran digital yang makin canggih dan handal.

OJK telah memiliki strategi yang komprehensif menghadapi tantangan SJK di depan. Senantiasa tekun untuk melihat efektifitas strategi ini adalah yang menjadi prioritas para pelaksana dan melakukan perubahan dengan cepat bila terjadi tantangan lain. Dengan dasar solidaritas, dan kreatifitas dan pantang menyerah, optimis bahwa Indonesia akan melalui masa sulit dengan kemenangan. Optimis Indonesia Maju 2045!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here