(Vibizmedia – Commodity) – Harga minyak sawit masih naik karena ekspor meningkat pada seminggu lalu, namun dengan kenaikan produksi dari Laporan Persediaan dan Permintaan bulanan dari MPOB menyebabkan kenaikan harga terhenti.
Harga minyak sawit pada penutupan pasar hari Senin turun setelah naik 3 hari berturut-turut mengikuti turunnya harga minyak mentah yang turun, namun kenaikan ekspor dari tanggal 1 – 10 Juli menghentikan penurunan tersebut
Harga minyak sawit September pada hari Senin di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup turun 28 ringgit atau 0.72% menjadi 3,864 ringgit ($922.42 ) per ton setelah naik 1.8% pada perdagangan pagi harinya.
Ekspor minyak sawit Malaysia dari 1 – 10 Juli naik 2-4% dari bulan lalu menurut cargo surveyors pada hari Sabtu, ternyata perkiraan pasar bahwa ekspor turun tidak terjadi.
Persediaan naik ke jumlah tertinggi 9 bulan di 1.61 juta ton sampai akhir Juni setelah kenaikan produksi dan impor mengurangi kenaikan dari ekspor menurut data Malaysian Palm Oil Board (MPOB) pada hari Senin.
Produksi naik 2.2% dari Mei, ekspor naik 11.8% sesuai dengan perkiraan pasar.
Sementara itu melihat pergerakan harga minyak sawit minggu kedua di bulan Juli dari tanggal 5 – 9 Juli 2020, Harga minyak sawit naik 2.9% pada seminggu ini, kenaikan mingguan yang terlama sejak bulan Januari.
Harga minyak sawit Juli di pasar fisik naik 50 ringgit menjadi 4,050 ringgit perton.
Volume transaksi di hari Jumat sebesar 58,929 lot dari 49,781 lot hari Kamis, sedangkan posisi terbuka sebesar 247,129 kontrak dari 235,495 kontrak.
Pergerakan harga minyak sawit pada minggu ini :
- Harga minyak sawit September pada penutupan pasar hari Jumat tanggal 9 Juli 2021 naik 129 ringgit atau 3.42% menjadi 3,898 ringgit ($930.53) per ton, kenaikan harga tertinggi sejak 15 Juni.
- Harga minyak sawit September pada penutupan pasar hari Kamis 8 Juli 2021 turun di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 24 ringgit atau 0.63% menjadi 3,771 ringgit ($902.15) per ton.
- Harga minyak sawit September pada hari Rabu 7 Juli 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 60 ringgit atau 1.56% menjadi 3,791 ringgit ($911.30) per ton, setelah pada perdagangan pagi sempat turun 3.6%.
- Harga minyak sawit September pada penutupan pasar hari Selasa 6 Juli 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 30 ringgit atau 0.77% menjadi 3,850 ringgit ($926.82 ) per ton.
- Harga minyak sawit September pada penutupan pasar hari Senin 5 Juli 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup naik 95 ringgit atau 2.51% menjadi 3,884 ringgit ($935,00) per ton mencapai harga tertinggi sejak 10 Juni.
- Faktor yang menggerakkan harga minyak sawit pada minggu ini :
- The Malaysian Palm Oil Association pada minggu ini memperkirakan produksi bulan Juni naik 1.6% dari bulan sebelumnya melemah 7.5% dari perkiraan survey Reuters
- Dari permintaan AmInvestment Bank memperkiraan impor bulanan dari pembeli besar di India akan naik rata-rata 850,000 ton selama 3 bulan ke depan karena rendahnya pajak impor. Permintaan India diperkirakan akan naik pada kuartal ke empat karena selama ini permintaan berkurang akibat lockdown di saat pandemi covid 19.
- Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) turun tajam pada hari Selasa karena perkiraan cuaca lembab akan mengganggu pertumbuhan tanaman kedelai.
- Kalahnya persaingan ekspor olein ke India, dimana kalah Malaysia dari Indonesia membuat para trader melakukan penjualan untuk antisipasi harga minyak sawit turun.
- The Malaysian Palm Oil Association (MPOA) memperkirakan produksi minyak sawit Malaysia naik 1.6% dari bulan Juni, membuat harga minyak sawit tertekan turun.
- Perkiraan MPOA ini lebih kecil dari survey Reuter pada hari Senin yang memperkirakan produksi akan meningkat 7% .
- Harga minyak sawit sempat naik ke harga tertinggi 4 minggu karena meningkatnya permintaan India.
- Refinitiv Commodities Research memperkirakan produksi di 2020/21 untuk Indonesia sebesar 47.3 juta ton naik 1% dari perkiraan sebelumnya karena produksi meningkat tahun lalu.
- Produksi Malaysia turun 2.2% dari perkiraan sebelumnya 18.4 juta ton, karena kekurangan pekerja, cuaca buruk dan kekurangan pupuk dan juga Lockdown pandemi covid-19.
- The US Department of Agriculture menilai tanaman kedelai AS sebesar 59% dalam keadaan baik dan kondisi baik turun dari 60% minggu lalu.
- Harga minyak sawit pada pertengahan pasar naik 2.5% dan sempat mencapai harga tertinggi 4 minggu.
- India membeli 170,000 ton Crude Palm Oil dari Malaysia dan juga minyak sawit dari Indonesia sejak hari Kamis. India kembali membeli minyak sawit setelah satu tahun karena New Delhi setelah India menghapuskan larangan impor dan menurunkan pajak impor pada minggu lalu.
- Cultera memperingatkan harga minyak sawit sudah terlalu tinggi pada bulan Mei, sehingga Indonesia langsung menaikkan persediaan sehingga membuat perbedaan harga minyak sawit di Indonesia lebih murah dari Malaysia, harga CPO Indonesia selisihnya sebesar $8.5 dan selisih harga minyak sawit $10 terhadap minyak sawit Malaysia.
- The Malaysian Palm Oil Association memperkirakan produksi minyak sawit di bulan Juni naik 1.6% dari bulan sebelumnya menjadi 1.59 juta ton, sementara survey Reuter pada hari Senin mengatakan bahwa produksi Juni diperkirakan 1.68 juta ton.
- India pada hari Rabu, 30 Juni 2021 menyatakan telah membebaskan untuk import minyak sawit olahan selama enam bulan.
- Pada awal minggu pajak impor dari minyak sawit India diturunkan 41.25%. Indonesia juga menurunkan harga referensi dari Crude Palm Oil menjadi $1,094.15 per ton pada hari Rabu.
- Pada minggu lalu harga naik 2.8% kenaikan pertama dalam 3 minggu.
- The Southern Peninsula Palm Oil Millers Association memperkirakan produksi selama 1 -25 Juni naik 6% dari bulan sebelumnya, turun dari kenaikan 13% pada 1 -20 Juni.
- Biaya restribusi ekspor minyak sawit Indonesia yang baru berlaku mulai 2 Juli demikian diumumkan Estate Crop Fund Agency pada hari Selasa turun dari $255 per ton menjadi $175 per ton. Penurunan biaya restribusi tidak akan mengganggu bahwa pemerintah Indonesia tetap akan mendukung mandat dari penggunaan biodiesel.
- Harga minyak sawit akan ada di range 3,500-3,800 ringgit per ton dalam 3 bulan ke depan karena peningkatan produksi hanya meningkat sementara ekspor diperkirakan akan meningkat menurut the Malaysian Palm Oil Council (MPOC).
- Permintaan meningkat untuk pengiriman pada bulan Juni dan juga Juli terutama untuk CPO dan Olein, peningkatan permintaan membuat harga minyak sawit naik.
- Harga minyak sawit sempat naik karena Cina akan meningkatkan import pada kuartal ke 4 di 2021 dan kuartal ke 1 2022, didahului dengan perkiraan akan naiknya permintaan pada kuartal ke 3 tahun ini.
- Pajak ekspor Malaysia, negara produsen minyak sawit ke dua di dunia tetap 8% pada bulan Juli.
Kesimpulan :
Melemahnya ringgit, peningkatan panen, dan potensi turunnya persediaan Juli akan membuat harga minyak sawit bergerak di harga yang masih tinggi.
Pengharapan akan kenaikan ekspor ke India meningkat lagi sehingga membuat harga minyak sawit akan naik lagi pada minggu ke 2 bulan Juli, tetapi halangan yang terjadi adalah pengurangan penggunaan minyak sawit untuk biodiesel dan konsumsi sendiri selama lockdown juga berkurang.
Ekspor diharapkan akan meningkat pada minggu depan sehingga harga minyak sawit akan naik tapi diimbangi dengan produksi yang meningkat sehingga harga tidak bisa berubah naik atau turun terlalu tinggi, harga akan stabil.
Analisa tehnikal untuk minyak sawit support pertama di 3,810 ringgit dan berikut ke 3,700 ringgit sedangkan resistant pertama di 3, 930 ringgit dan berikut ke 3,980 ringgit.
Loni T / Senior Analyst Vibiz Research Centre Division, Vibiz Consulting
Editor : Asido.