(Vibizmedia – Kolom) Menjelang Peringatan Ulang Tahun ke – 76 Republik Indonesia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pagi ini Senin (16/8/2021), menyampaikan pidato kenegaraan. Pidato Presiden Jokowi disampaikan dalam Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) bersama DPR RI dan DPD RI. Presiden Jokowi menyampaikan bahwa selama pandemi kesadaran, partisipasi, dan kegotongroyongan masyarakat menguat luar biasa. Pandemi telah menguatkan institusi sosial di masyarakat, dan semakin memperkuat modal sosial kita. Jika ingin sehat, warga yang lain juga harus sehat. Jika ada seseorang yang tertular Covid-19, maka hal ini akan membawa risiko bagi yang lainnya. Penyakit adalah masalah bersama, dan menjadi sehat adalah agenda bersama.
Hal ini berbeda dengan apa yang ditulis oleh media-media di dunia tentang kondisi Indonesia. ABC news menuliskan “For every tourist lucky to leave there are millions of Indonesians with no way out” hal ini adalah gambaran yang mengerikan tentang situasi di Indonesia. Laporan tersebut berfokus pada adegan mengerikan di Indonesia. Meningkatnya jumlah orang yang mengalami kegagalan pernapasan dan menyoroti masalah kemiskinan dan tekanan yang ditimbulkan oleh virus pada sistem kesehatan negara itu. Kesan keseluruhan adalah bahwa Indonesia negara yang sudah hancur.
Laporan dan analisis berita lainnya dari media Australia menyoroti rendahnya tingkat pengujian di Indonesia serta kesalahan langkah yang dilakukan pemerintah dalam tanggapan awal terhadap krisis. Dalam hal ini Indonesia tidak sendirian di sini. Pemerintah di seluruh dunia, belum lagi Organisasi Kesehatan Dunia, juga salah menghitung ancaman.
Indonesia, negara dengan populasi terpadat keempat di dunia dan rumah bagi wilayah perkotaan terbesar kedua di dunia, Jabodetabek, tentu saja menghadapi tantangan yang sangat besar. Pentingnya menyeimbangkan ekonomi dan kesehatan masyarakat juga merupakan ketegangan yang terasa lebih akut di negara-negara berkembang, di mana penurunan ekonomi dirasakan lebih kuat.
Namun, apa yang telah dilewatkan media-media di dunia adalah ketahanan masyarakat Indonesia. Sebagai gantinya, ada kecenderungan untuk menggambarkan Indonesia itu sebagai orang yang tidak berdaya dan tidak berdaya.
Walaupun Indonesia jelas menghadapi tantangan besar, orang Indonesia telah mengatasi banyak cobaan besar sebelumnya: bencana alam yang menghancurkan, pemerintahan kolonial selama berabad-abad, perjuangan untuk kemerdekaan, konflik sipil, dan kekacauan yang terjadi setelah krisis keuangan Asia 1998, yang menyebabkan kejatuhannya. kediktatoran dan reformasi sistem politik dan ekonomi negara.
Melalui semua ini, sejarah membuktikan bahwa orang Indonesia telah belajar untuk bersatu ketika masa-masa sulit, masyarakat merasakan tanggung jawab dan gembira dalam membantu satu sama lain saat dibutuhkan. Charities Aid Foundation (CAF) sebuah lembaga amal internasional terkemuka dari Inggris Raya, dengan sembilan kantor yang mencakup enam benua, melakukan survey tentang bagaimana perilaku memberi dari masyarakat sebuah negara. Indonesia memiliki skor Indeks tertinggi secara keseluruhan dengan peningkatan skor 69, naik dari 59 kali terakhir dalam Indeks tahunan diterbitkan pada tahun 2018. Lebih dari delapan dari 10 orang Indonesia secara sukarela menyumbangkan uangnya pada tahun 2020 dan negara ini memiliki banyak sukarelawan, lebih tinggi dari rata-rata tingkat sukarela negara-negara dunia, lebih banyak dari tiga kali rata-rata global. Di Indonesia, orang-orang menggunakan sebagian uangnya untuk membantu orang-orang di komunitasnya yang mengalami kesulitan sebagai akibat dari keterpurukan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi.
The world’s most generous countries
Sumber : CAF World Giving Index 2021
Dari tiga indikator yang dalam pengukuran indeks ini Indonesia memiliki skor tertinggi pada dua indikator yaitu dalam hal memberikan uang dan memberikan waktunya secara sukarela membantu orang lain. Khususnya dalam masa pandemi ini terlihat memang di antara orang Indonesia yang tidak bisa tinggal diam melihat kesusahan orang lain. Sekelompok mahasiswa di Lampung berinisiatif memberikan buah dan obat-obatan bagi mereka yang sedang terkena sakit covid 19. Dalam sebuah wawancara banyak mahasiswa tingkat akhir menjadi volunteer untuk menangani Covid 19 di desa-desa Jawa Tengah. Orang Indonesia juga secara sukarela memberikan waktunya bagi orang lain. Presiden Jokowi dan berbagai kepala daerah sendiri memberikan contoh dengan mencurahkan waktu, pikiran dan tenaga yang banyak untuk mengatasi pandemi ini.
Kerelaan orang Indonesia memberikan waktu dan uangnya tiga kali lebih tinggi dari rata-rata global. Sikap ini tentu saja merupakan modal yang kuat untuk Indonesia bisa mengatasi masalah pandemi sekarang ini. Solidaritas jelas sangat terlihat saat kita berada di komunitas-komunitas online yang selalu saling membantu dan mendoakan satu sama lain. Solidaritas Indonesia bukan saja dalam hal memberi uang dan waktu, namun juga Indonesia memberikan juga perhatian untuk menguatkan satu dengan yang lain. Semangat berbagi ini adalah semangat yang sudah ada di bangsa besar Indonesia sejak lama.
Presiden Jokowi selanjutnya menyatakan, Pandemi telah mengingatkan kepada kita untuk peduli kepada sesama. Penyakit yang diderita oleh seseorang akan menjadi penyakit bagi semuanya. Penyelesaian pribadi tidak akan pernah menjadi solusi. Penyelesaian bersama menjadi satu-satunya cara. Dengan budaya yang selalu saling peduli dan saling berbagi, masalah yang berat ini bisa lebih mudah terselesaikan. Mari kita pegang teguh nilai-nilai toleransi, Bhinneka Tunggal Ika, Gotong Royong, dan Pancasila dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kita lewati ujian pandemi dan ujian-ujian lain setelah ini, dengan usaha yang teguh, disertai dengan doa pengharapan yang tulus. Kita jaga kesehatan kita, disiplinkan diri dalam protokol kesehatan, serta saling menjaga dan saling membantu. Tidak ada orang yang bisa aman dari ancaman Covid-19, selama masih ada yang menderitanya.
Indonesia dari Sumatera hingga Papua memiliki nilai gotong royong, saling menanggung dan tidak meninggalkan mereka yang sedang kesusahan. Pandemi ini memang tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah sendirian, pemerintah manapun di dunia ini tidak sanggup melakukannya. Banyak sekali orang baik yang tidak bisa berpangku tangan saat demikian banyak masyarakat yang menderita, saatnya kita peduli kepada sesama untuk masa sulit ini.
Contoh saja beberapa waktu lalui diwawancarai oleh Vibiz Media Network Gufron Lana yang akrab dipanggil Kang Alan hadir dalam program BOB (Banyak Orang Baik) dari Business Lounge Journal. Pria yang memiliki background sebagai penjual bubur ayam di sebuah pasar di Bandung ini, tergerak untuk membantu para penderita Covid-19 yang menjalani isoman. Ia pun memutuskan untuk membuat bubur gratis dan mengirimkannya bagi mereka yang membutuhkan. Kang Alan memang terpanggil untuk memberi makan pasien isoman yang membutuhkan. Karena itu ia berupaya keras untuk memenuhi permintaan yang masuk. Dalam 3 hari ia pun memakai tabungan pribadinya yang semula diperuntukkan sebagai uang muka membeli rumah, sebesar 10 juta rupiah. Sebab dalam satu hari ia bisa mengirimkan 500-700 paket bubur ayam gratis. Beruntung setelah 3 hari tabungannya habis, ia pun mendapatkan bantuan dari para donatur yang juga mau ikut berkontribusi untuk membiayai pembuatan bubur ayam untuk para pasien isoman kembali.
Jadi memang dukungan, kesadaran, partisipasi masyarakat adalah hal yang mutlak diperlukan oleh masing-masing negara juga Indonesia. Khususnya Indonesia, masyarakat telah terbiasa berbagi dengan tetangganya, dan menopang mereka yang sedang kesusahan.
Presiden Jokowi dengan mengenakan pakaian adat Suku Badui menyatakan, Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh, yang menjadi semboyan Bulan Kemerdekaan pada tahun ini, hanya bisa dicapai jika kita semua bahu-membahu dan saling bergandeng tangan dalam satu tujuan. Kita harus tangguh dalam menghadapi pandemi dan berbagai ujian yang akan kita hadapi dan kita harus terus tumbuh dalam menggapai cita-cita bangsa.
Dirgahayu Republik Indonesia!
Dirgahayu Negeri Pancasila!
Merdeka!