(Vibizmedia-Kolom) Dalam pembangunan manusia tentu tidak saja menghitung indikator pendapatan, namun perlu memperhitungkan juga kesehatan dan pendidikan. United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 memperkenalkan tentang pembangunan manusia untuk pertama kalinya. UNDP memperkenalkannya melalui tulisan bertajuk Human Development Report (HDR). UNDP menilai bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan akhir dari pembangunan adalah manusia. Oleh karena itu, dalam sudut pandang pembangunan manusia, tujuan utama dari pembangunan adalah untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi masyarakat untuk menikmati umur panjang, hidup sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif (UNDP, 1990).
UNDP menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berdasarkan tiga dimensi, yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Pada kali pertama IPM dirilis, ketiga dimensi tersebut diwakili dengan tiga indikator dalam penghitungan, yaitu Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH), Angka Melek Huruf (AMH), dan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita. Metode agregasi yang dilakukan untuk menghitung IPM menggunakan rata-rata aritmetik.
Penghitungan IPM yang dilakukan di Indonesia mengacu pada ketiga dimensi tersebut. Ketika UNDP melakukan perubahan dan penyempurnaan metode penghitungan IPM, Indonesia juga turut mengadopsi metode tersebut dengan mengacu pada penyempurnaan yang dilakukan oleh UNDP. Penghitungan yang dilakukan sejak tahun 2015 hingga saat ini mengadopsi metodologi yang direvisi UNDP pada tahun 2014.
Indeks Pembangunan Manusia menjadi salah satu indikator yang penting untuk melihat pembangunan dari sisi manusia. Setiap indikator komponen penghitungan IPM dapat dimanfaatkan untuk mengukur capaian pembangunan kualitas hidup manusia. Secara kontekstual, perkembangan IPM menunjukkan perubahan pilihan-pilihan masyarakat untuk menjalani kehidupan yang bernilai.Dalam konteks pengambilan kebijakan, IPM merupakan salah satu indikator target pembangunan dalam pembahasan asumsi makro pemerintah dan DPR. IPM bersama dengan indikator pertumbuhan ekonomi, PDB per kapita, pertumbuhan investasi, kemiskinan, rasio gini, inflasi, dan pengangguran juga menjadi indikator penting dalam Kerangka Ekonomi Makro (KEM). Pemerintah terus mengevaluasi kemajuan KEM untuk memastikan arah pembangunan berjalan sesuai koridor yang tertuang dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Dari tahun ke tahun, IPM Indonesia selalu meningkat, bahkan sebelum pandemi COVID-19 pertumbuhannya selalu di atas 0,7 persen. Pada masa pandemi COVID-19, IPM Indonesia masih meningkat dari 71,92 pada tahun 2019 menjadi 71,94 pada tahun 2020, kemudian kembali meningkat menjadi 72,29 pada tahun 2021.Meskipun IPM Indonesia terus meningkat, pertumbuhan IPM empat tahun terakhir didominasi dengan perlambatan capaian terutama pada tahun 2020. Pada tahun 2020, IPM Indonesia hanya tumbuh sebesar 0,03 persen, seiring dengan penyebaran COVID-19 yang semakin luas dan kemudian diikuti dengan pembatasan kegiatan di berbagai bidang.
Capaian IPM dan Pertumbuhannya di Indonesia, 2010-2021
Sumber : Badan Pusat Statistik
Memasuki tahun 2021, seluruh dunia mulai beradaptasi dengan kondisi pandemi yang ada. Dimulai dengan penggalakan vaksinasi serta berbagai pengenalan kebiasaan baru yang terdiri dari pengetatan protokol kesehatan hingga penerapan work from home untuk penduduk bekerja dan school from home untuk penduduk yang masih berada di bangku sekolah. Seiring dengan penyebaran COVID-19 yang semakin terkendali dan kegiatan ekonomi yang mulai pulih, IPM Indonesia mengalami perbaikan dan tumbuh lebih cepat pada tahun 2021, yaitu sebesar 0,49 persen.
Capaian Dimensi Umur Panjang dan Hidup Sehat Tumbuh
Dimensi umur panjang dan hidup sehat diukur dengan harapan hidup saat lahir. Harapan hidup saat lahir menunjukkan derajat kesehatan suatu negara. Semakin tinggi harapan hidup saat lahir suatu negara, semakin tinggi pula derajat kesehatan suatu negara (Jen et al, 2010).Capaian dimensi umur panjang dan hidup sehat tahun 2021 meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2020. Harapan hidup saat lahir Indonesia tahun 2021 adalah 71,57 tahun. Angka ini dapat dideskripsikan sebagai anak yang baru lahir pada tahun 2021 diharapkan dapat hidup hingga 71,57 tahun. Angka ini meningkat sebesar 0,10 tahun jika dibandingkan tahun 2020 (71,47 tahun). Namun capaian pada dimensi umur panjang dan hidup sehat mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2021, pertumbuhan harapan hidup saat lahir hanya sebesar 0,14 persen, sedangkan pada tahun 2020 pertumbuhannya mencapai 0,18 persen.
Capaian dan Pertumbuhan Harapan Hidup saat Lahir Indonesia, 2010-2021
Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)
Baik capaian maupun pertumbuhan harapan hidup saat lahir sebelum pandemi menunjukkan hal yang positif, dimana pertumbuhannya tetap bertahan pada 0,2 persen. Ketika tahun pertama pandemi COVID-19 menyebar, pertumbuhannya melambat menjadi 0,18 persen dengan capaian sebesar 71,47 tahun.Pandemi, yang mempengaruhi seluruh capaian dimensi pada pembangunan manusia, memberikan efek lebih panjang pada harapan hidup saat lahir. Memasuki tahun kedua pandemi, harapan hidup saat lahir masih belum pulih dari tekanan pandemi. Hal ini terlihat dari capaiannya yang terus meningkat tapi pertumbuhannya melambat, bahkan lebih lambat jika dibandingkan tahun pertama pandemi. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, baik dari faktor internal dalam sektor kesehatan maupun faktor eksternal.
Capaian Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan dalam pembentukan indeks pembangunan manusia disusun dari rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah. Rata-rata lama sekolah yang dicakup adalah rata-rata lamanya waktu yang digunakan oleh penduduk berumur 25 tahun ke atas untuk menjalani pendidikan formal, sedangkan harapan lama sekolah adalah jumlah tahun yang diharapkan akan dijalani individu berusia 7 tahun untuk menempuh pendidikan.
Secara umum, kedua indikator ini memiliki tren meningkat dalam empat tahun terakhir. Rata-rata lama sekolah penduduk 25 tahun ke atas pada tahun 2021 di Indonesia yaitu 8,54 tahun. Angka ini dapat diinterpretasikan bahwa secara rata-rata, penduduk berusia 25 tahun ke atas telah menyelesaikan pendidikan hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VIII. Capaian ini meningkat jika dibandingkan tahun 2020 yang hanya sebesar 8,48 tahun.
Harapan lama sekolah Indonesia pada tahun 2021 yaitu 13,08 tahun atau penduduk usia 7 tahun ke atas diharapkan dapat menyelesaikan pendidikan hingga level perguruan tinggi tahun pertama dengan kondisi aksesibilitas pendidikan yang stagnan atau tidak ada perubahan yang berarti. Harapan lama sekolah tahun 2021 meningkat sebesar 0,10 tahun dari tahun 2020.
Capaian Dimensi Standar Hidup Layak Mulai Memulih
Dimensi terakhir pembentuk IPM adalah dimensi standar hidup layak yang diwakili oleh indikator pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan. Indikator ini menggambarkan kemampuan daya beli masyarakat selama periode tertentu. Capaian indikator ini memiliki tren meningkat sebelum pandemi COVID-19 menyebar. Untuk kali pertama sejak metode baru penghitungan IPM diadopsi di Indonesia, pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan pada tahun 2020 turun menjadi Rp11.013.000 per tahun. Pada tahun 2021, capaian indikator ini mulai mengalami pemulihan, dimana capaiannya meningkat menjadi Rp11.156.000 per tahun.