(Vibizmedia – Nasional) Industri sagu dan cokelat artisan di Indonesia berpotensi besar untuk berkembang. Salah satu buktinya adalah pengalaman pameran Hannover Messe 2023 yang diselenggarakan di Hannover, Jerman April 2023 lalu. Salah satu perusahaan industri pengolah sagu, mencatatkan transaksi potensial senilai Rp6 miliar.
Para calon mitra potensial yang tertarik untuk bekerja sama dengan industri sagu dan cokelat artisan berasal dari Jerman, Uzbekistan, dan Belanda.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika di Jakarta, menyatakan bahwa tepung sagu merupakan bahan pangan sumber daya lokal yang memiliki potensi dikembangkan sebagai alternatif bahan pangan utama.
”Produktivitas tanaman sagu dapat mencapai 6,25 – 7,5 ton pati/Ha/tahun, dengan asumsi pohon sagu yang dipanen hanya sebanyak 25 pohon sagu/Ha. Dengan demikian, potensi pati yang bisa dimanfaatkan bisa mencapai 41,25 Juta ton pati sagu/tahun,” terang Putu.
Pati sagu juga memiliki keunggulan dari sisi kesehatan yaitu gluten free, low glycemic index, dan high resistance starch content, sehingga cocok dikonsumsi penderita diabetes. Secara pendanaan, untuk mengembangkan industri sagu bisa memakai Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk pembangunan infrastruktur, kegiatan promosi, dan menarik investor baru.
Industri cokelat artisan di Indonesia juga memiliki potensi yang besar untuk dioptimalkan. Saat ini terdapat 31 cokelat artisan dengan kapasitas terpasang 1.242 ton per tahun dan market share mencapai 1,3 persen dari 10 persen potensi pasar cokelat Indonesia. “Cokelat artisan merupakan salah satu produk hilir kakao yang dibuat dair biji kakao kualitas premium dan melalui tahap proses produksi secara khusus sehingga menghasilkan produk cokelat berkualitas tinggi dan cita rasa yang khas. Selain itu, produk ini menyajikan story telling yang menarik bagi konsumen dan masih terdapat 600 cita rasa cokelat di Indonesia yang perlu diekplorasi oleh pelaku usaha” jelas Putu.
Industri Cokelat Artisan di Indonesia saat ini diarahkan untuk mengusung konsep bean to bar yang sangat memperhatikan kualitas bahan baku kakaonya. Beberapa cokelat artisan Indonesia bahkan sudah mulai masuk tahapan craft chocolate dengan menggunakan biji kakao fermentasi 100 persen yang mempunyai varietas langka atau unik, sehingga menghasilkan profil rasa, secondary flavour dan aroma yang khas dari biji kakaonya.