Demand Energi Meningkat, Menteri ASEAN Sepakat Percepat Konektivitas Pasokan Kawasan

0
125
Pasokan Energi
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif. FOTO: ESDM

(Vibizmedia-Nasional) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menyampaikan bahwa Menteri Energi di ASEAN sepakat mempercepat konektivitas pasokan energi untuk mendukung ketahanan energi dan menjamin berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara.

Menurutnya, tantangan permintaan energi yang terus meningkat di Asia Tenggara harus segera dijawab, yang rata-rata mencapai tiga persen per tahun sesuai proyeksi Badan Energi Internasional (IEA).

“Kami akan meningkatkan interkonektivitas melalui saluran pipa gas trans-ASEAN, jaringan pembangkit listrik dan juga komitmen antarpihak lainnya,” kata Arifin saat membuka Pertemuan Menteri Energi ASEAN Ke-41 dan Forum Bisnis Energi ASEAN di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Kamis, 24 Agustus 2023.

Melalui energi yang saling terkoneksi, lanjutnya, negara-negara di kawasan Asia Tenggara dapat menjamin kebutuhan, keberlanjutan sekaligus ketahanan energi, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi negara di kawasan ASEAN yang dipastikan terus bertumbuh.

Adapun laju pertumbuhan di ASEAN mencapai sebesar 4,6 persen pada 2023 berdasarkan proyeksi Bank Pembangunan Asia (ADB).

Konektivitas energi, lanjut Arifin, dapat mendukung kawasan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan sesuai dengan komitmen bersama di ASEAN.

“Dalam skenario ambisius di masa depan, dua per tiga dari permintaan energi yang tumbuh itu dapat dicapai dengan energi terbarukan,” kata Arifin.

Pertemuan ini menargetkan investasi dan kemitraan khususnya dalam tiga pilar energi di ASEAN yakni keberlanjutan, ketahanan dan konektivitas.

“Ini akan menuntun pencapaian rencana ASEAN dalam kerja sama energi dan target emisi nol karbon,” ujarnya.

Sementara itu, khusus untuk Indonesia, pemerintah memiliki ambisi menurunkan emisi karbon hingga 93 persen pada 2060 menjadi 129,4 juta ton setara CO2 dari perkiraan sekitar 1.927.4 juta ton setara CO2 dari aktivitas bisnis misalnya industri, perumahan, transportasi, komersial hingga pembangkit listrik.

Ada pun strateginya di antaranya elektrifikasi, pengembangan BBM nabati, pensiun dini pembangkit listrik tenaga batu bara, sumber baru energi seperti hidrogen dan amonia, dan efisiensi energi. Selain itu, teknologi penangkapan, utilisasi, dan penyimpanan karbon atau carbon capture, utilization, and storage (CCS/CCUS).

Berdasarkan kajian IEA dalam laporan bertajuk the IEA’s Energy Sector Roadmap to Net Zero Emissions in Indonesia atau Peta Jalan Sektor Energi menuju Netralitas Nol Karbon pada September 2022, Indonesia membutuhkan hampir tiga kali lipat investasi energi pada 2030 yakni tambahan investasi senilai USD8 miliar per tahun.