
(Vibizmedia – Surabaya) Dengan menggandeng pihak swasta, PT PELNI (Persero) meluncurkan operasi kapal tol laut dengan pola Hub and Spoke untuk trayek Nusa Tenggara Timur (NTT).
Melalui pola Hub and Spoke maka masyarakat kepulauan di NTT dapat mengirim barang lebih banyak dan lebih cepat, dilansir dari pelni.co.id.
Peluncuran Hub and Spoke trayek NTT dilakukan di Dermaga Berlian, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya pada Rabu (11/10) lalu.
Peluncuran ini dilakukan oleh Direktur Usaha Barang dan Tol Laut PELNI Yossianis Marciano bersama Direktur Utama Meratus Slamet Raharjo selaku pihak swasta yang mendukung pola hub and spoke tol laut untuk trayek NTT ini.
Selain pihak PELNI, peluncuran ini juga dihadiri Tenaga Ahli Menteri Perhubungan Republik Indonesia Andre Mulpyana dan Vice President Komersial dan Hubungan Pelanggan PT Pelindo Terminal Peti Kemas Daru Wicaksono Juli Anto.
Yossianis mengatakan, melalui peluncuran Hub and Spoke untuk trayek NTT ini, masyarakat akan diuntungkan karena frekuensi kapal tol laut PELNI akan dua kali lebih cepat dibanding pola operasi sebelumnya.
Yossianis menambahkan, untuk masyarakat kepulauan, pola hub and spoke ini membuat kapal Tol Laut yang mengangkut barang kebutuhan pokok dan penting yang tadinya sebulan sekali, kini menjadi sebulan dua kali. Diharapkan dengan pasokan barang yang lebih cepat, disparitas harga dapat ditekan sesuai harapan Pemerintah.
Untuk pelabuhan utama atau hub seperti Surabaya dan Kupang, muatan tol laut akan diangkut menggunakan kapal swasta. Untuk trayek NTT ini, kapal Meratus digandeng oleh PELNI untuk membawa maksimal 55 TEUS per keberangkatan dari Surabaya menuju Kupang.
Di Pelabuhan Kupang, kapal tol laut PELNI yang sudah menunggu akan menerima muatan dari kapal Meratus untuk kemudian berkeliling menuju pelabuhan-pelabuhan yang lebih kecil di wilayah NTT.
“Untuk hub and spoke di NTT ini akan mendukung dua trayek tol laut PELNI yang sudah berjalan sebelumnya, yaitu trayek T-13 dan T-14,” tambah Yossianis.
Untuk trayek T-13 yang sebelumnya berangkat dari Surabaya, kini cukup menunggu kapal Meratus di Kupang untuk selanjutnya berlayar menuju Rote – Sabu – Kupang.
Pola yang sama juga berlaku di trayek T-14 yang kini berubah menjadi rute Kupang – Larantuka – Lewoleba – Kalabahi – Kupang. Untuk sementara, kedua trayek tersebut akan dilayani oleh armada tol laut KM Kendhaga Nusantara 7.
“Tahun depan, kira-kira di Januari, Kendhaga Nusantara 7 akan fokus di T-14, dan T-13 akan dilayani oleh Kendhaga Nusantara 11. Dengan pola hub and Spoke ini, kami optimis kinerja produksi tol laut di dua trayek tersebut akan naik dua kali lipat,” kata Yossianis.
PELNI sendiri mencatat kinerja produksi tol LAUT di trayek T-13 per September 2023 sebesar 531 TEUS untuk muatan berangkat dan 97 TEUS untuk muatan balik, sehingga total mencapai 628 TEUS dibanding total untuk periode yang sama di 2022 mencapai 620 TEUS.
Untuk kinerja produksi di trayek T-14 sendiri tercatat mencapai total 919 TEUS dengan rincian 542 TEUS untuk muatan berangkat dan 378 TEUS untuk muatan balik. Jumlah tersebut turun dari periode yang sama di 2022 yang mencapai 1.293 TEUS dikarenakan KM Kendhaga Nusantara 7 yang sempat berhenti operasi karena perawatan di Maret-April.
Konsep hub and spoke sendiri adalah pola operasi yang dibagi menjadi 2 pola, pola hub sebagai pelabuhan utama dan pola spoke sebagai pelabuhan pengumpan. Pola Hub and Spoke ini dinilai dapat menjawab tantangan logistik Indonesia sebagai negara kepulauan
Baca juga: