(Vibizmedia – Economy & Business) Ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,94% yoy di Triwulan ke-3 tahun 2023, lebih rendah dari perkiraan pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 5,05%, melambat dari ekspansi sebesar 5,17% di Triwulan ke-2, menunjukkan pertumbuhan terlemah sejak Triwulan ke-3 tahun 2021, di tengah melemahnya konsumsi rumah tangga dan penurunan belanja pemerintah dan ekspor, karena moderatnya harga komoditas. Demikian rilis dari Badan Pusat Statistik Indonesia, Senin (06/11/2023).
Konsumsi rumah tangga melambat (5,06% vs 5,22% di Triwulan ke-2), sementara belanja pemerintah turun (-3,76% vs 10,57%).
Selain itu, perdagangan bersih memberikan kontribusi negatif, di tengah penurunan ekspor yang lebih cepat (-4.26% vs -2.97%) dan impor (-6.18% vs -3.80%).
Sementara itu, investasi tetap terus meningkat (5,77% vs 4,63%). Di sisi produksi, pertumbuhan output melemah pada sektor pertanian (1,46% vs 2,02%% di Q2), perdagangan grosir & eceran (5,08% vs 5,26%), dan jasa kesehatan (2,92% vs 8,27%).
Output terus tumbuh untuk sektor manufaktur (5,20% vs 4,88%), pertambangan (6,95% vs 5,01%), komunikasi (8,52% vs 8,05%), dan konstruksi (6,39% vs 5,23%).
Secara kuartalan, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 1,60% pada Q3 tahun 2023, tidak mencapai konsensus pasar sebesar 1,71% dan melambat dari 3,86% pada Q2.
Laju Pertumbuhan PDB di Indonesia rata-rata sebesar 1,26 persen dari tahun 2005 hingga 2023, mencapai angka tertinggi sepanjang sejarah sebesar 5,05 persen pada kuartal ketiga tahun 2020 dan rekor terendah sebesar -4,19 persen pada kuartal kedua tahun 2020.