(Vibizmedia – Nasional) Kecuali jika anda sudah pernah melihatnya di negara Barat, kebanyakan dari masyarakat Indonesia yang terbiasa dengan billboard mungkin belum terbiasa dengan human billboard. Sejatinya, human billboard sendiri juga sebenarnya tidak jauh berbeda dengan billboard yang biasa kita jumpai, hanya dengan versi kecil yang lebih mini. Billboard ini tidak dipasang tetapi dipanggul oleh seseorang yang akan berjalan menyusuri trotoar yang ramai ataupun gang – gang, dimana biasa banyak tempat orang berkumpul.
Ferri Laksamana, CEO dan Founder dari HUBI (Human Billboard) mencetuskan ide untuk melakukan cara pengiklanan tersebut karena terinspirasi dengan metode serupa yang sudah lumrah di luar negeri. Lebih menarik lagi, cara tersebut rupanya sudah memiliki sejararah yang cukup panjang, tepatnya sejak abad ke-19 di London. Kemungkinan sejak tahun 1820-an, metode human billboard tersebut pertama kali muncul di jalanan London dikarenakan masalah pajak papan reklame yang waktu itu terlampau tinggi dan akhirnya timbul ide untuk mengiklan dengan cara yang murah namun efisien. Cara ini sanggup untuk menarik perhatian di jalanan London yang kerap ramai dengan banyak pedestrian.
Berevolusi dengan perkembangan zaman, papan reklame yang dibawa sekarang juga mengalami upgrade dengan mengunakan LED elektronik. Metode ini terlihat diimplementasi oleh kalangan muda Jokowi Motion untuk meramaikan pesta demokrasi Indonesia dengan menggunakan human billboard di jalan-jalan Ibukota.
Cukup menarik perhatian, banyak para pedestrian yang penasaran dan tak sedikit yang meminta foto bareng dengan para human billboard. Seiring dengan perkembangan Jakarta yang makin modern di era presiden Jokowi ini; apalagi dengan akan rampungnya MRT sebentar lagi, jumlah pedestrian yang berjalan dari satu stasiun MRT ke stasiun MRT lainnya pastilah akan bertambah banyak. Dan bukan mustahil kalau kita akan melihat lebih banyak lagi human billboard dengan tampilan yang makin kreatif.
Jurnalist: Ezra Judah/ VM Editor: Emy Trimahanani
