(Vibizmedia-Index) – Kantor biro statistik nasional China atau NBS mengumumkan pertumbuhan kinerja bisnis manufaktur dan jasa berdasarkan data PMI turun secara tak terduga di bulan April 2019 pada hari Selasa (30/04). Periode sebelumnya kinerja manufaktur tertinggi 8 bulan sedangkan sektor jasa tertinggi 6 bulan.
Indeks PMI Caixin China General Manufacturing turun ke posisi 50,2 pada April 2019 dari periode bulan Maret di posisi 50,8 dan jauh dibawah ekspektasi pasar di posisi 51. Indeks PMI Caixin China General Non – Manufacturing turun ke posisi 54,3 pada April 2019 dari periode bulan Maret di posisi 50,8 dan jauh dibawah ekspektasi pasar di posisi 54,5.
Indeks PMI adalah survei bisnis yang menawarkan pandangan sekilas tentang apa yang terjadi dalam suatu perekonomian, karena biasanya merupakan salah satu indikator ekonomi utama pertama yang dirilis setiap bulan. Untuk Cina, PMI adalah salah satu indikator ekonomi yang secara global diawasi ketat oleh investor untuk tanda-tanda masalah di tengah hambatan domestik dan negosiasi perdagangan AS-China yang sedang berlangsung.
Ambruknya data ekonomi China tersebut membuat sentimen negatif pelaku pasar terhadap perdagangan saham global, dalam berita ini bursa Asia dan Eropa. Bursa Asia yang baru ditutup beberapa saat lalu anjlok dengan banyak bursa utama masuk zona merah, demikian juga bursa saham Eropa yang baru dibuka langsung terpukul sahamnya oleh sentimen data ekonomi China ini.
Terpantau akhir sesi Asia, indeks Hang Seng di bursa saham Hong Kong turun 0,5% menjadi 29.732; indeks Kospi di bursa saham Korea Selatan kehilangan 0,5% menjadi 2.205; dan indeks ASX 200 di bursa saham Australia turun 0,5% menjadi 6.326.
Demikian juga dengan pembukaan bursa Eropa, Indeks CAC 40 di bursa saham Prancis turun 0,43 persen, indeks FTSE 100 di Inggris melemah 0,17 persen, dan indeks DAX Jerman sedang turun 0,14 persen.
Untuk perdagangan bursa saham Amerika malam ini juga menurut analyst Vibiz Research Center diperkirakan akan menunjukkan pergerakan indeks utama yang melemah seperti yang biasanya pernah terjadi terkait sentimen data ekonomi China.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang









