(Vibiznews – Commodity) – Pada minggu terakhir bulan Juni harga minyak sawit mengalami kenaikan, tapi masih di bawah harga 4,000 ringgit, karena meningkatnya ekspor.
Pergerakan harga minyak sawit minggu ke empat di bulan Juni dari tanggal 21 Juni – 25 Juni 2021, Kenaikan harga pada seminggu ini sebesar 2.8% pada minggu ini setelah pada hari Jumat pengumuman ekspor naik 1 – 25 Juni naik, bahkan pada penutupan pasar hari Jumat harga minyak sawit naik ke harga tertinggi sejak 15 Juni.
Volume transaksi turun menjadi 54,443 lot dari 74,634 lot pada hari Kamis, sementara posisi terbuka menjadi 234,760 kontrak dari 251,283 kontrak sebelumnya.
Harga minyak sawit Juli di pasar fisik pada hari Jumat, naik 100 ringgit menjadi 3,750 ringgit per ton.
Harga minyak sawit pada minggu ini naik karena adanya prospek kenaikan permintaan dari India, namun kenaikan harga tersebut terhambat oleh laporan produksi minyak sawit Malaysia naik.
Harga minyak kedelai pada minggu ini juga sangat volatile karena harga sempat turun karena hujan turun di ladang kedelai di AS.
Pada hari Senin Indonesia sebagai negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, akan menurunkan biaya restribusi menjadi tertinggi $175 per ton segera, menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dibandingkan $255 per ton pada saat sekarang.
Pajak ekspor Malaysia, negara produsen minyak sawit ke dua di dunia tetap 8% pada bulan Juli.
Ekspor Malaysia dari 1-25 Juni naik 3.35% dari bulan lalu menjadi 1.14 juta dari 1.10 juta ton pada 1- 25 Mei menurut Intertek Testing Services.
Ekspor Malaysia dari 1 -25 Juni naik 6.03% dari bulan lalu menjadi 1.17 juta ton dari 1.1 juta ton pada bulan Mei.
Pergerakan harga minyak sawit pada minggu ini :
- Harga minyak sawit September pada hari Jumat 25 Juni 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 99 ringgit atay 2.89% menjadi 3,520 ringgit ($847.38) per ton, harga penutupan tertinggi sejak 15 Juni.Harga minyak sawit September pada hari Kamis 24 Juni 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 21 ringgit atau 0.61% menjadi 3,424 ringgit ($823.47) per ton.
- Harga minyak sawit September pada hari Rabu 23 Juni 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 55 ringgit (1.62%) menjadi 3,445 ringgit ($828.32) per ton, harga sempat naik 4 . 57 % pada siang hari.
- Harga minyak sawit September pada hari Selasa 22 Juni 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange turun 1 ringgit atau 0.03 % menjadi 3,390 ringgit ($815.00) per ton.
- Harga minyak sawit September turun pada hari Senin 21 Juni 2021 di Bursa Malaysia Derivatives Exchange 32 ringgit, atau 0.93% menjadi 3,392 ringgit ($818.34 ) per ton.Faktor yang menggerakkan harga minyak sawit naik pada minggu ini:
- Ekspor Malaysia dari 1-25 Juni naik 3.35% dari bulan lalu menjadi 1.14 juta dari 1.10 juta ton pada 1- 25 Mei menurut Intertek Testing Services.
- Ekpor Malaysia dari 1 -25 Juni naik 6.03% dari bulan lalu menjadi 1.17 juta ton dari 1.1 juta ton pada bulan Mei.
- Harga minyak sawit akan ada di range 3,500-3,800 ringgit per ton dalam 3 bulan ke depan karena peningkatan produksi hanya meningkat sementara ekspor diperkirakan akan meningkat menurut the Malaysian Palm Oil Council (MPOC).
- Permintaan meningkat untuk pengiriman pada bulan Juni dan juga Juli terutama untuk CPO dan Olein, peningkatan permintaan membuat harga minyak sawit naik.
- Pada perdagangan pagi hari Senin harga minyak sawit sempat naik 2.92% ke harga tertinggi satu minggu di 3,490 ringgit karena perkiraan impor Cina akan meningkat dengan turunnya harga minyak sawit, namun kenaikan harga terhenti karena revisi biaya restribusi ekspor minyak sawit dan peningkatan produksi
- Harga minyak sawit sempat naik karena Cina akan meningkatkan import pada kuartal ke 4 di 2021 dan kuartal ke 1 2022, didahului dengan perkiraan akan naiknya permintaan pada kuartal ke 3 tahun ini.
- Pajak ekspor Malaysia, negara produsen minyak sawit ke dua di dunia tetap 8% pada bulan Juli.
I. Pada seminggu ini kekhawatiran kekurangan pekerja yang bisa menggerakan naiknya harga:
- Harga minyak sawit diharapkan akan naik karena produksi minyak sawit Malaysia diperkirakan akan turun dan kekurangan pekerja akibat lockdown selama pandemi covid di Malaysia.
- Pandemi covid -19 yang berlangsung di Malaysia membuat berkurangnya pekerja di ladang sawit di Malaysia sehingga mengurangi produksi dari minyak sawit.
- Di Malaysia sudah melewati dua minggu pertama lockdown sejak 2 Juni dan lockdown tersebut akan diperpanjang sampai akhir Juni, dimana industri yang tidak penting akan ditutup, sehingga penerimaan pekerja asing ditunda karena pandemi covid gelombang ke tiga ini.
- Hal ini membuat perkebunan sawit kekurangan tenaga kerja sehingga produksi bisa berkurang antara 20 – 30% dari 40% area perkebunan sawit menurut Chief the Malaysian Palm Oil Association. Produksi berkurang terutama untuk perkebunan sawit yang kecil.
- Produksi tahun ini diperkirakan berkurang terutama pada tahun dimana panen dimulai sejak Juli dan seterusnya sehingga pada semester kedua perkiraan produksi sawit akan berkurang melanjutkan penurunan dari semester satu dimana produksi Januari – Mei lebih kecil 6 % dari tahun lalu.
- Para pekerja diperkebunan sawit Malaysia 70% adalah pekerja asing.
- Produksi sawit Malaysia diperkirakan turun menjadi 19 juta ton tahun ini, dibawah tahun 2020 sebesar 19.14 juta ton, sebelum pandemi produksi bisa mencapai 40 juta ton.
- Padahal pemerintah Malaysia sudah menyetujui penggunaan 32,000 pekerja asing namun hal ini tidak bisa dilakukan karena pandemi covid-19.
- Kerugian yang terjadi bagi petani sebesar 1 milyar ringgit (USD243 juta) perbulan pada tahun lalu karena kurangnya produksi, pada tahun ini diperkirakan bisa kekurangan 1.2 – 1.5 milyar ringgit per bulan karena naiknya harga minyak sawit dan kekurangan pekerja.
- Turunnya pajak
India, negara importir minyak nabati terbesar di dunia menurunkan pajak impor untuk semua minyak nabati setelah harga minyak goreng mencapai rekor tertingginya pada bulan lalu. - Penurunan pajak membuat harga minyak nabati lokal turun dan meningkatkan permintaan, sehingga juga membuat harga minyak sawit naik juga minyak kedelai dan minyak bunga matahari.
- Indonesia sebagai negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, akan menurunkan biaya restribusi menjadi tertinggi $175 per ton segera, menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dibandingkan $255 per ton pada saat sekarang.
- Pajak ekspor Malaysia, negara produsen minyak sawit ke dua di dunia tetap 8% pada bulan Juli.
Faktor penggerak penurunan harga minyak sawit
- Harga minyak sawit turun setelah the Malaysian Palm Oil Association (MPOA) memperkirakan produksi 1-20 Juni naik 15% dari bulan sebelumnya dan juga harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade turun sehingga harga minyak sawit ikut turun.
- Permintaan yang baru tidak bertambah sehingga harga minyak sawit turun, harga minyak sawit sudah turun sampai 24% sejak rekor harga tertingginya di pertengahan Mei.
- Pasar minyak sawit juga tertekan karena pengumuman dari Indonesia pada hari Senin akan menurunkan maksimum biaya restribusi ekspor CPO, Crude Palm Oil dari $255 menjadi $175 per ton, sehingga akan menurunkan market share dari Malaysia, walaupun implementasinya belum dikeluarkan tanggalnya namun diperkirakan akan dilaksanakan akhir Juni ini. Penurunan ini dilakukan supaya ekspor mendapatkan profit margin yang lebih baik menurut Indonesia Palm Oil Association (GAPKI), walaupun beberapa group mengatakan perubahan aturan yang sering akan mengganggu permintaan.
- Pajak yang tinggi dari Indonesia membuat India lebih memilih membeli minyak sawit dari Malaysia .
- Harga minyak sawit juga tertekan karena kenaikan persediaan meningkat karena produksi meningkat lebih dari rata-rata di Malaysia.minggu lalu
India berencana untuk menurunkan harga dasar minyak sawit sebesar $1,136 per ton turun dari $1,222 per ton. India menggunakan harga dasar impor untuk menghitung pajak impor yang dibebankan kepada importir, namun penurunan ini masih ditunda. - Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade turun 3.4% harga terendah selama 4 bulan, setelah pemerintah AS mendapat tekanan dari serikat buruh untuk membuka kembali kilang minyak di AS, sehingga mengganggu pengunaan dari biodiesel
- Ekspor Indonesia turun 18% di bulan April dari bulan sebelumnya karena permintaan minyak nabati global berkurang.
Program penggunaan biodiesel B20 di Malaysia implementasinya ditunda sampai akhir tahun 2022. - Sementara di Indonesia negara produsen minyak sawit terbesar di dunia PT Astra Agro Lestari, perusahaan perkebunan terbesar di Indonesia produksinya naik 2 juta ton mencapai 53.6 juta ton di 2021 dengan ada peningkatan hasil karena panen yang meningkat di Bulan September – Nopember.
- Persediaan minyak sawit Malaysia di bulan Mei naik 6.3% pada bulan ini tertinggi 8 bulan menjadi 1.64 Juta ton, produksi naik. Produksi minyak sawit Malaysia, negara produsen terbesar ke dunia di dunia naik 3.4% menjadi 1.58 juta ton, sementara ekspor naik 0.9% menjadi 1.35 juta ton
- Konsumsi biodiesel Indonesia turun 8.2% pada empat bulan pertama 2021 dibanding tahun lalu pada periode yang sama, akibat berkurangnya pergerakan transportasi selama pandemi.
Program baru yang diberikan pemerintah Malaysia membuat produksi dapat sawit dapat meningkat lagi sehingga pemerintah memperkirakan target ekspor minyak sawit sebesar 75 milyar ringgit pada tahun ini karena program baru yang diberikan. - Program tambahan baru tersebut adalah memberikan 20 juta ringgit kepada 65 perusahaan perkebunan sawit yang sustainable (KPSM) dan tambahan 30 juta ringgit untuk mendorong investasi mesin-mesin dan otomatisasi penanaman minyak sawit.
- Program ini untuk mendorong pembelian mesin dan mekanisasi di industri komoditas, pemerintah menginginkan KPSM terlibat didalam hal ini supaya dapat meningkatkan pendapatan.
Perkiraan pasar bahwa produksi pada bulan Juni, Juli sampai September akan meningkat. - Impor minyak sawit dari Uni Eropa di 2020/21 turun menjadi 4.61 juta ton dari 5.07 juta ton pada tahun lalu menurut European Commission pada hari Senin.
- Uni Eropa pembeli terbesar ke tiga dari minyak sawit Malaysia mengimpor 4.23 juta ton di 2020/21 turun 4.55 juta ton dari tahun lalu, menurut European Commission.
- Sementara data di Indonesia negara produsen minyak sawit terbesar di dunia persediaan pada bulan Februari sebesar 4.04 juta ton menurut Indonesian Palm Oil Association (GAPKI ) pada hari Jumat.
Kesimpulan :
Pada bulan Juni ini pergerakan harga masih karena faktor luar pergerakan harga minyak kedelai, sedangkan dari produk sawitnya sendiri, pergerakan ekspor minyak sawit dan pergerakan dari produksi minyak sawit. Sementara awal bulan menunggu Laporan Persediaan dan Permintaan Bulanan dari the Malaysian Palm Oil Board (MPOB) pada tanggal 10 Juli setiap bulannya. Sementara laporan perkiraan akan diumumkan pada akhir.
Analisa tehnikal untuk minyak sawit support pertama di 3,250 ringgit dan berikut ke 3,200 ringgit sedangkan resistant pertama di 3,550 ringgit dan berikut ke 3,750 ringgit.
Loni T / Senior Analyst Vibiz Research Centre Division, Vibiz Consulting
Editor : Asido.