Neraca Perdagangan Indonesia Juni 2024 Surplus USD2,39 Miliar

0
397
Surplus Neraca Perdagangan Indonesia November 2024 Meningkat
Ilustrasi perdagangan Indonesia. FOTO: KEMENKEU

(Vibizmedia-Nasional) Neraca perdagangan Indonesia Juni 2024 kembali mencatatkan surplus sebesar USD2,39 miliar, yang terdiri dari surplus nonmigas sebesar USD4,43 miliar dan defisit migas sebesar USD2,04 miliar. Melanjutkan tren surplus secara beruntun selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Secara kumulatif pada semester I (Januari sampai Juni) 2024, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD15,45 miliar. Surplus itu lebih rendah dari surplus periode yang sama tahun sebelumnya dengan nilai USD19,92 miliar. Surplus semester I 2024 terdiri dari surplus nonmigas sebesar USD25,55 miliar dan defisit migas sebesar USD10,11 miliar.

“Kemendag optimis tren surplus ini dapat dipertahankan meskipun surplus neraca perdagangan Indonesia Semester I 2024 turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Momentum ini harus dimanfaatkan untuk meningkatkan ekspor melalui sejumlah strategi,” jelas Zulkifli Hasan, pada Rabu, 17 Juli 2024.

Beberapa strategi yang dilakukan dengan memperkuat transformasi struktur ekspor serta memperluas pasar ekspor ke ASEAN, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin.

“Kemendag juga memperkuat peran perwakilan perdagangan luar negeri dan digitalisasi perdagangan,” katanya.

Selama Juni 2024, negara-negara mitra dagang utama seperti India, Amerika Serikat (AS), dan Filipina masih menyumbang surplus perdagangan terbesar dengan total mencapai USD3,16 miliar. Sementara penyumbang defisit perdagangan terdalam adalah Singapura, Tiongkok, dan Australia dengan total defisit sebesar USD2,27 miliar.

Pada Juni 2024, ekspor Indonesia tercatat sebesar USD 20,84 miliar. Nilai itu turun 6,65 persen dibanding bulan sebelumnya (MoM), tetapi tetap mengalami peningkatkan sebesar 1,17 persen dibanding Juni tahun sebelumnya (YoY). Pelemahan ekspor pada Juni 2024 dipicu pelemahan ekspor nonmigas sebesar 6,20 persen dan migas sebesar 13,24 persen dibandingkan Mei 2024 (MoM).

Secara rinci, Zulkifli Hasan menjelaskan, pelemahan kinerja ekspor terjadi pada seluruh sektor. Pertambangan menjadi sektor yang mengalami kontraksi terdalam sebesar 25,09 persen, diikuti pertanian sebesar 1,49 persen, dan industri pengolahan sebesar 1,44 persen (MoM).

“Penurunan harga komoditas global, terutama komoditas ekspor utama Indonesia, mempengaruhi dinamika ekspor Juni 2024. Dibanding bulan sebelumnya (MoM), harga komoditas batu bara turun 4,87 persen; nikel 10,67 persen; tembaga 4,84 persen; serta emas 1,05 persen,” jelas Zulkifli Hasan.

Beberapa produk dengan penurunan ekspor terdalam pada Juni 2024, di antaranya logam mulia, perhiasan/permata (HS 71) turun 45,76 persen; nikel dan barang daripadanya (HS 75) 25,20 persen; ampas/sisa industri makanan (HS 23) 19,56 persen; alas kaki (HS 64) 18,96 persen; serta berbagai produk kimia (HS 38) 14,43 persen (MoM).

Di tengah penurunan tersebut, ekspor beberapa produk nonmigas Indonesia justru mengalami kenaikan dibanding bulan sebelumnya (MoM). Beberapa produk tersebut di antaranya lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) yang naik signifikan sebesar 68,06 persen; barang dari besi dan baja (HS 73) 46,33 persen; timah dan barang daripadanya (HS 80) 38,82 persen; pulp dari kayu (HS 47) 22,70 persen; serta pakaian dan aksesorinya (rajutan) (HS 61) 7,67 persen.

Menurut Zulkifli Hasan, Tiongkok, AS, dan India masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia pada Juni 2024 dengan total mencapai USD 8,46 miliar. Ketiga negara ini memiliki kontribusi sebesar 43,14 persen terhadap total ekspor nonmigas nasional.

Dari segi tujuan ekspor nonmigas, pada Juni 2024 terjadi peningkatan signifikan untuk beberapa negara dibanding bulan sebelumnya (MoM). Beberapa mitra dagang tersebut yakni Inggris yang naik 113,29 persen, Mesir (97,73 persen), Pakistan (66,92 persen), Taiwan (34,21 persen), dan Arab Saudi (23,11 persen). Di sisi lain, penurunan kinerja ekspor nonmigas Indonesia terjadi ke sejumlah negara mitra dagang seperti Spanyol yang turun 51,92 persen, Jerman turun 34,87 persen, Jepang turun 30,14 persen, Turki turun 26,68 persen, dan Kanada turun 23,76 persen.

“Penurunan kinerja ekspor Indonesia Juni 2024 juga dipicu tren ekspor ke beberapa negara mitra dagang utama Indonesia. Pada Januari 2023–Juni 2024, tren ekspor ke Tiongkok turun 0,71 persen per bulan; Jepang turun 0,92 persen; Malaysia turun 0,95 persen; Thailand turun 0,47 persen; dan Singapura turun 1,89 persen,” kata Zulkifli Hasan.

Dari segi kawasan, beberapa tujuan ekspor menunjukkan penurunan ekspor nonmigas. Penurunan terdalam dibanding bulan sebelumnya (MoM) terjadi di Eropa Selatan yang turun 28,38 persen, diikuti Asia Barat (21,97 persen), Eropa Barat (20,19 persen), Eropa Timur (19,04 persen), dan Afrika Barat (15,73 persen). Namun demikian, beberapa kawasan tetap menunjukkan peningkatan pada Juni 2024 dibanding bulan sebelumnya (MoM). Peningkatan ekspor nonmigas tertinggi terjadi di kawasan Afrika Selatan yang baik 62,44 persen, diikuti Afrika Timur (57,73 persen), Asia Tengah (50,72 persen), Eropa Utara (49,29 persen), dan Afrika Utara (41,32 persen).

Sementara, pada semester I-2024, total ekspor Indonesia mencapai USD125,09 miliar, turun 2,77 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (YoY). Penurunan ini disebabkan pelemahan ekspor nonmigas sebesar 3 persen dan penguatan ekspor migas sebesar 0,77 persen.