Dari Massal ke Spesifik: Niche Tourism Sebagai Masa Depan Pariwisata Indonesia

0
1656
Niche Tourism
Ilustrasi Pariwisata khusus di Lombok. FOTO: KEMENPAREKRAF

(Vibizmedia-Kolom) Seiring dengan kemajuan dunia, lanskap industri pariwisata telah berkembang dan menjadi lebih terspesialisasi dan nyaman bagi wisatawan. Indonesia dikenal sebagai negara dengan keindahan alam dan keragaman budaya yang mampu menarik wisatawan dari seluruh dunia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, tren pariwisata global menunjukkan pergeseran dari model pariwisata massal menuju niche tourism atau pariwisata khusus. Pergeseran ini membawa peluang besar bagi Indonesia untuk memanfaatkan kekayaan uniknya dalam menarik wisatawan yang mencari pengalaman yang lebih personal dan mendalam.

Apa itu Niche Tourism?

Niche tourism adalah bentuk pariwisata yang difokuskan pada pasar tertentu dengan minat khusus, diantaranya:
1. Wisata Ekowisata dan Lingkungan, menyediakan pengalaman di taman nasional seperti Komodo, Raja Ampat, dan Tanjung Puting.
2. Wisata Budaya, mengenal tradisi lokal seperti upacara adat Toraja, tari kecak di Bali, atau kerajinan batik di Yogyakarta.
3. Wisata Kuliner, menawarkan eksplorasi kuliner khas seperti masakan Minang, sate lilit Bali, hingga kopi luwak.
4. Wisata Petualangan, aktivitas seperti diving, hiking di gunung berapi, hingga berselancar di Pantai Mentawai.
5. Wisata Kesehatan dan Kebugaran, retreat yoga di Ubud atau spa tradisional di berbagai resort.

Wisatawan

Wisatawan
Sumber: BPS, Juni 2024

Pada April 2024, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di Indonesia mencapai 1,07 juta kunjungan. Jumlah ini naik sebesar 2,41 persen dibandingkan Maret 2024 (m-to-m) dan naik 23,23 persen dibandingkan bulan yang sama pada tahun lalu (y-on-y). Wisman yang berkunjung ke Indonesia pada April 2024 didominasi oleh wisman yang berasal dari Malaysia (15,99 persen), Australia (11,99 persen), dan Tiongkok (8,06 persen).

Jumlah perjalanan wisatawan nasional (wisnas) pada April 2024 mencapai 756,02 ribu perjalanan. Jumlah tersebut naik sebesar 9,28 persen bila dibandingkan dengan Maret 2024 (m-to-m) dan naik 33,13 persen dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya (y-on-y). Malaysia menjadi negara tujuan utama wisnas yang paling diminati di bulan April 2024 (33,17 persen) diikuti negara Singapura (16,33 persen), Arab Saudi (10,65 persen), dan Tiongkok (5,44 persen).

Mengapa Niche Tourism Penting?

Niche tourism cenderung lebih ramah lingkungan dibanding pariwisata massal, karena fokusnya pada pengelolaan sumber daya yang bijaksana. Menjangkau wisatawan dengan minat khusus yang rela mengeluarkan lebih banyak uang untuk pengalaman autentik. Selain itu, pariwisata khusus ini dapat mendorong partisipasi masyarakat setempat dalam menciptakan pengalaman unik. Salah satu yang paling menonjol adalah ekowisata. Destinasi seperti Taman Nasional Komodo dan Raja Ampat telah menjadi magnet wisatawan dunia. Upaya konservasi dan pelibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan ekowisata membuat kawasan ini tidak hanya menjadi tujuan wisata, tetapi juga model keberlanjutan lingkungan. Raja Ampat, misalnya, kini dikenal sebagai surga bawah laut yang mendukung ekosistem laut sekaligus meningkatkan ekonomi lokal.

Sementara itu, wisata bahari juga mengalami lonjakan popularitas. Labuan Bajo, yang dulunya desa nelayan kecil, kini menjadi destinasi kelas dunia dengan daya tarik utamanya adalah Taman Nasional Komodo. Dengan promosi program Sail Indonesia dan pengembangan kapal pinisi tradisional untuk pelayaran mewah, wisata bahari Indonesia berhasil menempatkan diri di peta wisata internasional.

Selain alam, wisata kuliner juga mendapat perhatian besar. Kuliner khas seperti rendang, sate, dan nasi goreng kini tidak hanya menjadi kebanggaan nasional, tetapi juga ikon global. Promosi makanan lokal melalui festival kuliner dan platform media sosial semakin meningkatkan daya tarik wisata kuliner Indonesia.

Untuk memenuhi tren global akan kesehatan dan kebugaran, wisata kesehatan menjadi pilihan yang semakin populer. Ubud di Bali menjadi pusat retret kesehatan, menawarkan yoga, meditasi, dan perawatan spa tradisional berbasis bahan alami. Tren ini juga didukung oleh gaya hidup sehat yang terus berkembang.

Indonesia juga semakin dikenal melalui wisata festival dan event. Festival Danau Toba, Festival Lembah Baliem, hingga Java Jazz Festival menjadi acara tahunan yang dinanti wisatawan. Java Jazz Festival, misalnya, kini menjadi salah satu festival musik jazz terbesar di dunia.

Tantangan yang Harus Diatasi

Indonesia harus bersaing dengan negara-negara lain yang juga menggencarkan promosi pariwisata mereka. Destinasi wisata global lainnya terus meningkatkan daya tarik dengan teknologi canggih, pemasaran digital, dan penawaran paket wisata yang menarik. Indonesia perlu terus berinovasi untuk menarik wisatawan mancanegara dan domestik. Meski pengembangan infrastruktur terus berlangsung saat ini, beberapa daerah wisata masih menghadapi tantangan terkait kapasitas infrastruktur yang belum memadai, seperti transportasi, akomodasi, dan fasilitas pendukung lainnya yang dapat menghambat pengalaman wisatawan dan berpotensi mengurangi daya tarik destinasi.

Destinasi wisata populer, seperti Bali dan Yogyakarta, menghadapi risiko overtourism yang dapat merusak lingkungan dan budaya lokal. Tantangan besar adalah bagaimana mengelola kunjungan wisatawan dengan cara yang berkelanjutan, agar tidak merusak daya tarik utama dan memastikan manfaat ekonomi yang merata bagi masyarakat lokal.

Peluang

Dengan strategi yang tepat, niche tourism dapat menjadi masa depan pariwisata Indonesia. Model ini tidak hanya memberikan pengalaman unik bagi wisatawan tetapi juga membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan menjaga kelestarian lingkungan. Melalui pendekatan yang berkelanjutan dan inovatif, Indonesia dapat menjadi pemimpin global dalam pariwisata niche.

Pentingnya transformasi pariwisata melalui pendekatan digital dan berkelanjutan, sebagai contoh dalam kunjungannya Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana ke Desa Wisata Jatiluwih, Bali, beberapa waktu. Dirinya menyoroti penerapan prinsip pariwisata berkelanjutan yang telah mengangkat potensi desa tersebut, termasuk pemberdayaan masyarakat lokal dan pelestarian budaya.

Ia juga berkomitmen untuk mengembangkan strategi Tourism 5.0 yang mengintegrasikan teknologi digital dalam pemasaran dan pengembangan destinasi wisata, dengan harapan dapat meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia di tingkat global sehingga target 1,08 miliar pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan mancanegara sekitar 14,6 juta – 16 juta kunjungan pada tahun 2025 mendatang tercapai, semoga…