Kemenperin Dorong Akselerasi Ekosistem Kendaraan Listrik dan Produksi Baterai Nasional

0
328

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus berkomitmen mendorong percepatan pengembangan ekosistem kendaraan listrik (EV) di Indonesia, termasuk memperkuat sektor produksi baterai sebagai komponen vital. Seiring dengan pelaksanaan berbagai program strategis, jumlah kendaraan listrik di Indonesia menunjukkan tren pertumbuhan signifikan. Pada 2024, total populasi kendaraan listrik telah mencapai 207 ribu unit, meningkat 78 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 116 ribu unit.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan bahwa pertumbuhan pesat ini tidak lepas dari dukungan berbagai kebijakan pemerintah, seperti kemudahan perizinan usaha, penyusunan peta jalan (roadmap), serta optimalisasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

“Kapasitas industri dalam negeri berkembang lebih cepat dari permintaan pasar, ini merupakan indikator positif. Perkembangan ini juga ditopang oleh regulasi yang memberikan kepastian dan mendukung iklim usaha yang sehat,” ujar Agus dalam keterangan resminya, Kamis (24/4).

Kemenperin menargetkan produksi 9 juta unit sepeda motor listrik roda dua dan tiga, serta 600 ribu unit mobil dan bus listrik pada tahun 2030. Target ini diharapkan mampu menekan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 21,65 juta barel dan mengurangi emisi CO₂ hingga 7,9 juta ton.

Saat ini, sudah terdapat 63 perusahaan produsen sepeda motor listrik dengan kapasitas produksi mencapai 2,28 juta unit per tahun dan total investasi Rp1,13 triliun. Selain itu, 9 perusahaan telah memproduksi mobil listrik dengan kapasitas 70.060 unit per tahun dan investasi Rp4,12 triliun. Untuk kategori bus listrik, terdapat 7 perusahaan dengan kapasitas produksi 3.100 unit per tahun dan total investasi Rp0,38 triliun. Total nilai investasi dari seluruh sektor tersebut mencapai Rp5,63 triliun.

Menanggapi kabar hengkangnya LG Energy Solution dari proyek EV nasional, Menperin memastikan bahwa tidak akan ada gangguan terhadap target pengembangan. “Kehadiran mitra baru seperti Huayou dari Tiongkok akan melanjutkan proyek ini. Pergantian investor dalam proyek skala besar merupakan hal yang wajar dan tidak memengaruhi jalannya akselerasi,” tegasnya.

Di sektor produksi baterai, dua perusahaan telah beroperasi memproduksi baterai motor listrik, yakni PT Industri Ion Energisindo (kapasitas 10.000 pcs per tahun) dan PT Energi Selalu Baru (12.000 pcs per tahun). Sementara itu, untuk sel baterai mobil listrik, ada PT HLI Green Power (Hyundai–LG) dengan kapasitas 10 GWh tahap awal dan nilai investasi USD1,1 miliar. Selanjutnya, PT Hyundai Energy Indonesia memproduksi hingga 120 ribu baterai pack per tahun (investasi Rp674 miliar), serta PT International Chemical Industry yang menargetkan kapasitas 256 MWh per tahun.

Di sisi lain, PT Gotion Green Energy Solutions Indonesia juga turut memperkuat sektor ini dengan investasi lebih dari USD8,7 juta dan kapasitas produksi baterai pack sebanyak 17.952 unit per tahun.

Pengembangan ini sejalan dengan kebijakan hilirisasi yang menjadi prioritas nasional di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Menperin menegaskan, hilirisasi industri nikel diarahkan untuk mendukung produksi baterai kendaraan listrik dan memperkuat kemandirian industri nasional.

“Kami juga dorong pengembangan teknologi daur ulang baterai agar ekosistem EV kita benar-benar terintegrasi dari hulu ke hilir, sekaligus berkelanjutan,” ujar Agus.

Mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019, pemerintah memberikan berbagai insentif untuk mempercepat adopsi EV. Insentif bagi konsumen mencakup PPnBM 0 persen, pembebasan PPN DTP, BBN dan PKB KBLBB 0 persen, DP nol persen, diskon listrik, dan pelat nomor khusus. Sementara bagi produsen, insentif meliputi tax holiday, tax allowance, pembebasan bea masuk, dan super tax deduction.

“Dengan insentif yang tepat sasaran, kami optimistis sektor kendaraan listrik akan tumbuh kuat dan menjadi tulang punggung industri otomotif masa depan Indonesia,” pungkas Agus.