Kemenperin Dorong Pengembangan Industri Bambu Terpadu dan Berdaya Saing Global

0
170
Foto: Kemenperin

(Vibizmedia – Bogor) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan komitmennya untuk membangun industri bambu nasional secara terintegrasi dari hulu hingga hilir. Upaya ini sejalan dengan visi industrialisasi berkelanjutan berbasis potensi lokal.

“Bambu memiliki prospek besar dan nilai filosofi yang kuat. Ia bisa tumbuh hampir di seluruh wilayah Indonesia, namun butuh teknik budidaya dan seleksi jenis yang tepat untuk menghasilkan bahan baku berkualitas,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat kunjungan kerja ke Kabuyutan Bambu Muara Beres, Bogor (26/5).

Menurut Agus, bambu berpotensi besar dikembangkan sebagai basis industri yang kompetitif, dari kerajinan, furnitur, hingga konstruksi dan bioindustri. Untuk itu, Kemenperin telah menginisiasi program strategis seperti fasilitasi desain, bantuan alat produksi bagi IKM, serta pelatihan SDM melalui program Bamboo Academy.

Program Bamboo Academy sendiri dirancang menjadi lokomotif pengembangan industri bambu nasional, termasuk pelatihan teknis, penguatan rantai pasok, dan inkubasi produk bernilai tinggi. Targetnya, 250 peserta akan mengikuti pelatihan selama lima tahun, melibatkan wilayah seperti Banten, Yogyakarta, Bali, dan NTT.

“Melalui Bamboo Academy, kami ingin mencetak ‘Master Bambu’ di setiap lini industri — dari hulu, antara, hingga hilir. Mereka nantinya juga akan berperan sebagai pelatih dan wirausahawan,” ujar Dirjen Industri Agro, Putu Juli Ardika.

Putu juga mengungkapkan rencana pembentukan Pusat Logistik Industri Bambu di lokasi sumber bahan baku untuk mendukung kelancaran distribusi ke industri hilir.

Indonesia sendiri memiliki 162 jenis bambu, dengan 124 di antaranya endemik. Selain itu, Indonesia menempati peringkat keenam dunia dalam luasan hutan bambu dengan 1,85 juta hektare, menjadikannya aset ekonomi dan ekologis penting.

Dirjen Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Reni Yanita menambahkan, Kemenperin juga menjalankan program seperti e-Smart IKM, fasilitasi pameran dalam dan luar negeri, sertifikasi produk, serta restrukturisasi alat produksi untuk memperkuat daya saing IKM bambu. Sentra pelatihan seperti Balai Pemberdayaan Industri Kriya dan Fesyen (BCIC) di Bali juga menjadi pusat pengembangan produk kreatif berbasis bambu.

Menperin Agus pun mengapresiasi pendekatan pelatihan yang diterapkan di Kabuyutan Bambu Muara Beres, yang menggabungkan pendidikan karakter, pelatihan teknis, dan nilai spiritual.

“Para santri di sini bukan hanya belajar mengolah bambu, tapi juga menanamkan nilai-nilai luhur. Saya yakin produk bambu dari tangan-tangan mereka akan mencerminkan kekuatan, kelenturan, dan keberlanjutan,” ungkapnya.

Ia berharap Kabuyutan Bambu Muara Beres dapat terus berkembang sebagai Center of Excellence untuk industri bambu nasional, serta menjadi model pemberdayaan ekonomi dan pelestarian budaya berbasis sumber daya lokal.

“Kepada para santri perajin, jadilah pelopor perubahan dan wirausaha masa depan. Pemerintah siap mendukung selama kalian terus belajar dan bekerja keras,” tutup Menperin Agus.