17 Kejadian Bencana Tercatat, BNPB Soroti Dampak Signifikan di Sejumlah Wilayah

0
260
Angin Kencang
Angin kencang melanda Kabupaten Bireuen, Aceh, pada Sabtu, 7 Juni 2025. FOTO: BNPB

(Vibizmedia-Nasional) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 17 kejadian bencana yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia dalam beberapa hari terakhir. Dari jumlah tersebut, 10 kejadian dinilai memiliki dampak signifikan terhadap masyarakat maupun infrastruktur.

Empat kejadian bencana baru dilaporkan pada Sabtu (7/6), tersebar di empat provinsi berbeda. Di Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh, angin kencang menerjang tujuh desa di enam kecamatan, berdampak pada 13 kepala keluarga (KK) atau 21 jiwa. Bencana ini menyebabkan kerusakan pada 13 unit rumah, terdiri dari 3 unit rusak berat, 3 unit rusak sedang, dan 7 unit rusak ringan. Masyarakat setempat telah melakukan pembersihan puing rumah dan menyelamatkan barang-barang penting.

Kejadian serupa terjadi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan berdampak pada 22 KK atau 63 jiwa. Sebanyak 10 jiwa harus mengungsi akibat kerusakan yang menimpa 19 unit rumah. Kerusakan tersebut meliputi 1 rumah rusak berat, 1 rumah rusak sedang, dan 17 rumah rusak ringan. Angin kencang juga menyebabkan pohon tumbang, namun telah dievakuasi oleh tim gabungan.

Di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, banjir melanda Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara, dan berdampak pada 54 KK. Sebanyak 54 rumah termasuk tempat usaha, tempat ibadah, panel surya, jalan, dan jembatan sempat terendam. Meskipun genangan air telah surut, jembatan di Dusun 2 dilaporkan rusak berat dan tidak bisa dilalui kendaraan.

Sementara itu, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Sekitar dua hektar lahan terbakar dan proses pemadaman masih berlangsung. Upaya pemadaman mengalami kendala akibat kondisi geografis yang berbukit dan adanya pecahan batu yang membahayakan personel. Api masih menyala hingga Minggu (8/6) malam dan operasi pemadaman dilanjutkan pada hari ini.

Selain kejadian baru, BNPB juga merilis pembaruan enam kejadian bencana lainnya. Di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, banjir berdampak pada 141 KK atau 548 jiwa. Di Barito Selatan, Kalimantan Tengah, banjir melanda 2.301 KK atau 6.946 jiwa dan merusak 1.212 rumah. Keduanya kini dilaporkan sudah mulai surut.

Angin puting beliung di Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, berdampak pada 104 KK dan merusak 101 rumah. Proses pembersihan dan pemulihan terus dilakukan.

Sementara itu, kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, berhasil dipadamkan setelah membakar sekitar 10 hektar lahan.

Di Jawa Tengah, dua wilayah terdampak banjir, yakni Kota Pekalongan dan Kabupaten Demak. Di Pekalongan, sekitar 1.843 KK terdampak dan banjir telah surut. Namun di Kabupaten Demak, banjir masih berlangsung dan memengaruhi 2.973 KK atau 11.712 jiwa serta 2.988 rumah. Pendataan masih berjalan dan sebagian wilayah masih tergenang air.

BNPB terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi terkait dalam upaya penanganan darurat serta pemulihan pascabencana. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan aktif melaporkan kondisi darurat kepada pihak berwenang.

Untuk itu, pihaknya mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi yang diprakirakan masih dapat terjadi di sejumlah wilayah Indonesia dalam beberapa hari ke depan. Berdasarkan prakiraan cuaca terkini, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpotensi mengguyur beberapa daerah, meningkatkan risiko terjadinya banjir, tanah longsor, dan angin kencang.

Sementara itu, sejumlah wilayah seperti Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Timur diprediksi mengalami cuaca panas dan kering. Kondisi ini memperbesar peluang terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla), yang memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak.

“Untuk mencegah meluasnya karhutla, patroli terpadu dan pemadaman dini titik api perlu terus dilakukan, terutama di wilayah rawan. Kami juga mengajak masyarakat untuk selalu waspada dan melaporkan jika menemukan titik api atau situasi darurat,” ujar juru bicara BNPB dalam keterangan resmi.

BNPB juga meminta pemerintah daerah meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana, baik hidrometeorologi basah seperti banjir dan longsor, maupun kering seperti karhutla. Kesiapan jalur evakuasi, ketersediaan logistik, dan sarana prasarana penanganan darurat harus terus dipastikan.

Selain itu, masyarakat diminta aktif mengikuti perkembangan informasi cuaca dari sumber resmi seperti BMKG dan BNPB. Sinergi antara masyarakat, pemerintah daerah, hingga pemerintah pusat sangat penting agar penanganan bencana bisa berlangsung cepat, tepat, dan terorganisir.

BNPB menegaskan komitmennya untuk terus berkoordinasi dengan kementerian/lembaga terkait guna memastikan penyampaian informasi bencana dan dukungan penanganan berjalan optimal.