
(Vibizmedia – Jakarta) Ketidakpastian ekonomi global masih tinggi akibat berlarutnya negosiasi tarif antara Amerika Serikat (AS) dengan sejumlah negara serta meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menegaskan bahwa kondisi global tersebut menuntut kewaspadaan dan penguatan koordinasi kebijakan agar stabilitas ekonomi domestik tetap terjaga. “Perlu respons yang kuat untuk menjaga ketahanan eksternal dan mendukung pertumbuhan ekonomi dalam negeri,” ujar Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur, Rabu (18/6/2025).
Senada dengan Perry, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga menyoroti potensi dampak konflik antara Israel dan Iran terhadap perekonomian nasional. Ia menyampaikan, gejolak geopolitik dan rencana kebijakan fiskal AS yang memperbesar defisit anggaran dapat memperburuk tekanan terhadap ekonomi global.
“Ketegangan ini bisa memicu lonjakan harga komoditas, mengganggu rantai pasok, menekan ekspor, memperlemah nilai tukar, dan menaikkan risiko suku bunga surat utang,” kata Sri Mulyani. Ia mengingatkan, kombinasi antara pelemahan ekonomi, kenaikan inflasi, dan tekanan global dapat berdampak signifikan ke Indonesia.
Di tengah situasi tersebut, Sri Mulyani menegaskan bahwa kebijakan fiskal Indonesia tetap akan ekspansif. Pemerintah menyiapkan sejumlah langkah seperti restitusi untuk mendukung likuiditas dunia usaha, serta stimulus bagi UMKM, sektor padat karya, perumahan, dan otomotif.