Art Merchandise Harus Jadi Penggerak Ekonomi Kreatif sebagai “Mesin Pertumbuhan Baru”

0
279
Foto: Kementerian Ekonomi Kreatif

(Vibizmedia – Jakarta) Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Irene Umar menghadiri Forum Group Discussion (FGD) bertajuk “Dari Karya Seni ke Produk Inovatif” di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Selasa (17/6/2025). FGD ini merupakan bagian awal dari persiapan program Inkubasi Seni Rupa (SERUIN) yang bertujuan mendorong transformasi karya seni menjadi produk art merchandise (artmerch) yang orisinal, kompetitif, dan berkelanjutan.

“Lewat SERUIN, kami ingin memberi bekal bagi para seniman agar karyanya dapat masuk ke pasar luas dalam bentuk produk inovatif yang fungsional dan estetis, serta punya daya saing global,” ujar Irene. Ia menegaskan bahwa ekonomi kreatif harus menjadi mesin pertumbuhan ekonomi baru (the new engine of growth).

Program SERUIN diinisiasi oleh Direktorat Seni Rupa dan Seni Pertunjukan, Kemenparekraf, sebagai wadah pengembangan kapasitas seniman agar karyanya tak sekadar hadir di galeri, tetapi juga menjangkau kehidupan sehari-hari masyarakat.

“Seni bisa hadir dalam bentuk yang dekat dengan publik, asal ekosistem dan infrastrukturnya siap,” tegas Irene.

FGD ini merumuskan strategi konkret artmerch, mencakup inovasi desain, arah tren pasar, dan pemahaman kolektif atas nilai estetika, ekonomi, dan keberlanjutan. Wamenparekraf juga menyoroti pentingnya keadilan royalti, sistem penjualan digital yang aman, distribusi inklusif, serta perlindungan kekayaan intelektual (HAKI). Teknologi seperti platform daring dan blockchain disebut berpotensi mendukung model ini.

Tantangan lain yang dibahas mencakup sulitnya akses bahan baku—khususnya untuk produk seperti art toys—yang masih terbatas di pasar domestik. Masalah ini akan dikaji dari sisi regulasi dan logistik guna mendukung keberlangsungan produksi artmerch.

FGD ini melibatkan para seniman, akademisi, pelaku industri, dan pemangku kepentingan dari Jakarta, Yogyakarta, dan Bali. Beberapa kriteria pelaku artmerch yang dibahas antara lain: pengalaman minimal dua tahun, validasi kurator, model kolaborasi B2B, segmentasi pasar jelas, dan skema pembagian keuntungan yang adil.

“Lebih baik mulai dengan langkah kecil yang konsisten daripada diam menunggu. Kesalahan itu manusiawi,” ucap Irene, sembari mencontohkan suksesnya seniman lokal yang berawal dari Instagram hingga kini karyanya tampil di ajang nasional dan akan dibawa ke Mandalika sebagai studi kasus kolaborasi seni dan industri.

Seluruh hasil FGD akan dirumuskan dalam panduan teknis untuk pelaksanaan program SERUIN di tiga kota: Jakarta, Yogyakarta, dan Bali. Program ini memperkuat peran Kemenparekraf sebagai fasilitator sinergi antara seni, teknologi, dan bisnis demi menjadikan karya seni Indonesia sebagai produk inovatif bernilai ekonomi dan sosial.

Wamenparekraf didampingi oleh Deputi Bidang Kreativitas Budaya dan Desain, Yuke Sri Rahayu, dan Plt. Direktur Seni Rupa dan Seni Pertunjukan, Dadam Mahdar.

Hadir pula sejumlah tokoh penting di bidang seni dan industri kreatif, di antaranya:

  • Aprina Murwanti (Kurator dan Akademisi UNJ)
  • Deasy Varianti Sutanto (Founder Museum of Toys)
  • Andrey Noelfry Tarigan (Co-Founder & CCO INFIA Corporation)
  • Aloysius Baskoro Junianto (Product Designer, Podomoro University)
  • Dolorosa Sinaga (Maestro Patung Indonesia)
  • Djarot (Kurator, Galeri Nasional).