Perkuat Industri Agrokimia Nasional, Kemenperin Genjot Produksi Bahan Aktif Pestisida

0
181
Foto; Kemenperin

(Vibizmedia – Jakarta) Dalam rangka mendukung program prioritas nasional di bidang swasembada pangan dan hilirisasi industri, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong penguatan sektor kimia sebagai bagian dari struktur industri strategis nasional. Salah satu subsektor yang memegang peran penting dalam hal ini adalah industri pestisida, yang berkontribusi langsung terhadap ketahanan pangan Indonesia.

“Pemerintah berkomitmen memperkuat industri kimia hulu melalui peningkatan kapasitas produksi dan penyempurnaan struktur pohon industri, guna menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri nasional,” ujar Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Taufiek Bawazier, saat meresmikan pabrik PT Delta Giri Wacana Tbk (DGW) di Kawasan Industri Modern Cikande, Banten, Rabu (16/7).

Industri manufaktur secara keseluruhan menyumbang 17,16% terhadap PDB nasional dan 25,84% terhadap penerimaan pajak sepanjang tahun 2024. Pada saat yang sama, impor formulasi pestisida tercatat mencapai 87.350 ton, menunjukkan tingginya permintaan domestik terhadap produk agrokimia seiring dengan luasnya lahan pertanian di Indonesia.

Sebagai penyedia bahan baku untuk industri pestisida, sektor kimia dituntut memiliki kapasitas dan kinerja yang stabil. “Industri kimia adalah fondasi penting yang menopang pengembangan industri hilir. Oleh karena itu, penguatan sektor ini menjadi strategi kunci dalam meningkatkan daya saing industri secara keseluruhan,” lanjut Taufiek.

Dalam kesempatan tersebut, Kemenperin mengapresiasi PT Delta Giri Wacana Tbk atas komitmennya dalam membangun fasilitas produksi bahan aktif pestisida di dalam negeri. Pabrik karbamasi ini menjadi bagian dari upaya memperkuat kapasitas nasional dalam produksi methomyl, bahan aktif pestisida karbamat, dengan kapasitas awal sebesar 2.000 ton per tahun dan rencana peningkatan hingga 6.000 ton per tahun.

“Langkah ini tak hanya memperkuat ketahanan industri pertanian, tetapi juga menunjukkan keberanian pelaku industri dalam mengambil peran strategis mendukung kebijakan pemerintah,” ungkap Taufiek.

Investasi PT DGW menjadi bukti bahwa potensi pengembangan industri kimia hulu masih sangat besar, serta mampu menjadi katalisator pertumbuhan sektor hilir. Keberadaan fasilitas ini juga berkontribusi dalam substitusi impor dan membentuk ekosistem industri nasional yang lebih mandiri dan berkelanjutan.

Ke depan, Kemenperin akan terus mendukung pengembangan industri kimia melalui berbagai kebijakan strategis, seperti peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), pemberian insentif fiskal, pengembangan kawasan industri berbasis kimia, serta program hilirisasi dan substitusi impor. Diharapkan, langkah-langkah ini dapat menciptakan struktur industri kimia yang kokoh, terintegrasi dari hulu ke hilir, dan kompetitif di pasar global.