Wamendagri Bima Arya: Diferensiasi dan City Branding Kunci Kemajuan Ekonomi Kreatif dan Pariwisata Daerah

0
64
Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto. (Foto:Kemendagri)

(Vibizmedia – Tangerang) Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto menegaskan pentingnya diferensiasi dalam pengembangan ekonomi kreatif sebagai motor penggerak kemajuan sektor pariwisata nasional. Menurutnya, inovasi dan identitas yang kuat menjadi fondasi utama agar daerah mampu bersaing dan menonjol di tingkat nasional maupun global.

Bima mengungkapkan, Indonesia memiliki banyak destinasi wisata tersembunyi yang bisa berkembang pesat bila dikelola dengan komitmen dan semangat tinggi oleh kepala daerah. Ia menekankan, setiap daerah harus menemukan keunikan dan nilai pembeda yang menjadi ciri khas wilayahnya.

“Dengan 514 kabupaten/kota di Indonesia, seharusnya ada 514 potensi, 514 identitas, dan 514 karakter daerah. Citra daerah tidak boleh stagnan hanya karena terus memakai tagline yang sama atau meniru daerah lain,” ujar Bima dalam pidato kuncinya pada The Top Tourism Leaders Forum di Hall 9, Nusantara International Convention Exhibition (NICE), Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, Tangerang, Banten, Minggu (12/10/2025).

Lebih lanjut, Bima menekankan pentingnya city branding sebagai elemen vital dalam membangun citra pariwisata daerah. Ia mendorong para pelaku branding dan komunikasi untuk aktif berkolaborasi dengan pemerintah daerah.

“Bapak-Ibu yang ahli branding, mari berbagi ilmu dan berdiskusi dengan kepala dinas pariwisata serta para kepala daerah. City branding ini sangat berkaitan erat dengan pariwisata, karena city branding adalah citra,” tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Bima juga membagikan pengalamannya saat menjabat Wali Kota Bogor. Ia menceritakan upayanya mengembangkan kawasan Mulyaharja—hamparan sawah hijau berlatar Gunung Salak—menjadi destinasi wisata baru. Meski menghadapi tantangan karena sebagian besar lahan merupakan milik warga dan perusahaan, Bima berhasil membangun kolaborasi dengan masyarakat setempat.

“Kami bekerja keras melibatkan warga, mengedukasi ibu-ibu, dan melatih para pemandu wisata serta komunitas lokal agar berkreasi di sana. Kini kawasan itu menjadi salah satu destinasi yang ramai setiap akhir pekan, dan mampu menghidupi banyak keluarga,” ujar Bima.

Pengalaman tersebut, katanya, memberikan pelajaran berharga bahwa membangun ekosistem pariwisata memerlukan kerja keras lintas sektor untuk mengatasi hambatan kultural, struktural, dan infrastruktur.

Selain itu, Bima juga mencontohkan keberhasilan pengembangan sport tourism di Kota Bogor melalui pembangunan jogging track sepanjang 4,3 kilometer di sekitar Istana dan Kebun Raya Bogor. Jalur tersebut kini menjadi ruang publik yang ramai dimanfaatkan masyarakat dan memberikan dampak ekonomi bagi pelaku usaha di sekitarnya.

“Inovasi seperti ini membuktikan bahwa pariwisata bisa menjadi penggerak ekonomi masyarakat jika dibangun dengan diferensiasi yang kuat dan semangat kolaborasi,” pungkasnya.