Kemenperin dan ITB Kolaborasi Kembangkan Teknologi Hilirisasi Silika dan Grafit Nasional

0
62
Foto: Kemenperin

(Vibizmedia – Jakarta) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menegaskan komitmennya dalam mendukung keberhasilan program Asta Cita Presiden Republik Indonesia, khususnya di bidang hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah sektor industri prioritas nasional. Komitmen tersebut diwujudkan melalui penandatanganan Kesepakatan Kerja Sama (KKS) antara Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berlangsung di Jakarta beberapa waktu lalu.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyambut baik kemitraan ini, sejalan dengan upaya pemerintah mempercepat industrialisasi dan memperkuat daya saing nasional.

“Kami berharap melalui kerja sama ini dapat tersusun kajian teknologi yang mendukung program industrialisasi bahan galian nonlogam seperti silika dan grafit,” ujar Menperin di Jakarta (28/10).

Penandatanganan KKS dilakukan oleh Dirjen IKFT Kemenperin Taufiek Bawazier dan Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi ITB, Prof. Lavi Rizki Zuhal, serta disaksikan oleh Rektor ITB Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T.

Taufiek menegaskan bahwa industrialisasi tidak hanya sebatas pengolahan produk, tetapi juga memerlukan kesiapan teknologi, ketersediaan data, serta landasan ilmiah yang kuat untuk pengambilan kebijakan.

“Kajian ini akan menjadi referensi penting bagi penyusunan kebijakan sekaligus memastikan teknologi pengolahan mineral sesuai dengan kebutuhan industri dan masyarakat,” jelasnya.

Sejak 2024, Ditjen IKFT telah menjalankan dua program prioritas nasional industrialisasi bahan galian nonlogam, yaitu:

  1. Industrialisasi Silika menjadi Wafer Silikon untuk mendukung kemandirian industri modul fotovoltaik (PV) dan semikonduktor dalam negeri.
  2. Industrialisasi Grafit untuk memperkuat ekosistem industri kendaraan listrik (EV) nasional.

Sebagai tindak lanjut pada 2025, Kemenperin dan ITB akan melaksanakan dua kajian teknologi spesifik, yakni:

  • Kajian Teknologi Pengolahan dan/atau Pemurnian Silika menjadi metallurgical-grade silicon berbasis sumber daya mineral nasional.
  • Kajian Teknologi Pemurnian Grafit Alam dan Pengolahan Grafit Sintetis beserta analisis keekonomian untuk implementasi industri di Indonesia.

Indonesia memiliki potensi besar pada komoditas silika dan grafit yang strategis bagi industri masa depan. Berdasarkan data Kementerian ESDM 2025, sumber daya silika nasional mencapai 27 miliar ton, dengan cadangan 7 miliar ton. Sementara grafit memiliki ketersediaan sekitar 31 juta ton, dan dapat pula diproduksi dari bahan karbon lain seperti kokas minyak bumi dan batubara.

“Silika menjadi bahan baku penting bagi industri ban, kaca, semen, hingga semikonduktor. Sementara grafit berperan vital di industri pelumas, elektronik, komposit, dan otomotif,” tambah Taufiek.

Rektor ITB, Prof. Tatacipta Dirgantara, turut menyambut baik kolaborasi ini.

“KKS ini merupakan wujud nyata Tri Dharma Perguruan Tinggi: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. ITB berkomitmen menjadi universitas bereputasi global yang tetap relevan bagi bangsa,” ujarnya.

Menutup kegiatan, Taufiek menyampaikan apresiasinya kepada ITB.

“Kami yakin kolaborasi ini akan membuka ruang bagi akademisi dan peneliti untuk berkontribusi dalam pembangunan nasional. Hasil kajian ini diharapkan menjadi dasar kebijakan industri yang tepat sasaran dan berkelanjutan,” pungkasnya.