Kinerja Manufaktur Melesat, Dorong Ekspor dan Serap 20 Juta Tenaga Kerja

0
68
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (Foto: Kemenperin)

(Vibizmedia – Jakarta) Sektor industri manufaktur Indonesia terus menunjukkan ketahanan dan kinerja positif di tengah tekanan ekonomi global. Pencapaian ini mencerminkan efektivitas berbagai kebijakan pemerintah dalam meningkatkan efisiensi produksi, memperluas pasar, serta memperkuat daya saing industri nasional.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Kementerian Perindustrian, industri pengolahan nonmigas (IPNM) mencatat pertumbuhan sebesar 5,58 persen pada triwulan III tahun 2025, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di angka 5,04 persen.

“Dengan capaian ini, sektor industri pengolahan menjadi sumber pertumbuhan tertinggi perekonomian nasional sebesar 1,04 persen, menegaskan peran strategis sektor manufaktur sebagai motor utama penggerak ekonomi,” ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Kamis (6/11).

Pertumbuhan manufaktur pada periode tersebut didorong oleh ekspor dan investasi yang meningkat signifikan. Ekspor nonmigas pada triwulan III 2025 tumbuh 12,56 persen (y-on-y) dan menyumbang 85,21 persen dari total ekspor nasional. Lima komoditas manufaktur dengan kinerja ekspor tertinggi antara lain lemak dan minyak hewan/nabati (50,34%), besi dan baja (15,88%), mesin serta peralatan listrik (17,55%), perhiasan dan permata (82,43%), serta kendaraan dan komponennya (8,12%).

“Produk manufaktur kini menjadi tulang punggung ekspor Indonesia. Ini membuktikan daya saing industri nasional yang mampu bersaing di pasar global sekaligus memperkuat surplus neraca perdagangan nasional,” tambah Menperin.

Dari sisi investasi, realisasi di sektor manufaktur sepanjang Januari–September 2025 mencapai Rp562,7 triliun, terdiri atas PMDN sebesar Rp178,9 triliun dan PMA sebesar Rp383,8 triliun. Sektor ini berkontribusi 37,73 persen terhadap total investasi nasional, serta menyumbang 81 persen dari total ekspor nasional.

“Angka ini menunjukkan bahwa sektor manufaktur masih menjadi primadona bagi investor, baik asing maupun domestik,” ungkap Agus.

Sektor industri pengolahan juga berperan besar dalam penyerapan tenaga kerja nasional, dengan total 20,31 juta pekerja atau 13,86 persen dari total tenaga kerja Indonesia. Dalam periode Februari–Agustus 2025, sektor ini menyerap tambahan 210 ribu pekerja, menjadikannya sektor penyerap tenaga kerja terbesar kedua setelah konstruksi.

“Pertumbuhan manufaktur turut menciptakan lapangan kerja formal bagi masyarakat dan bahkan menyerap kembali pekerja dari sektor lain yang terdampak pemutusan hubungan kerja,” jelasnya.

Kendati demikian, tingkat utilisasi produksi manufaktur masih berada di level 59,28 persen, yang menunjukkan masih terbuka ruang besar untuk peningkatan kapasitas produksi melalui perluasan pasar dan efisiensi proses industri.

“Dengan potensi tersebut, industri pengolahan nonmigas memiliki peluang besar untuk terus memperkuat kontribusinya terhadap PDB nasional dan mendukung visi besar menuju Indonesia Emas 2045,” tutup Menperin.