Tiga Pilar Transformasi: Strategi Indonesia Bangun Ekonomi Tangguh dan Berkelanjutan

0
62
Foto: Kemenko Ekon

(Vibizmedia – Jakarta) Indonesia terus memperkuat ketahanan ekonominya di tengah dinamika global yang tidak menentu. Ketegangan geopolitik, perlambatan ekonomi dunia, dan volatilitas pasar menjadi tantangan yang menuntut kebijakan yang lebih terarah serta berjangka panjang. Pemerintah menegaskan bahwa transformasi ekonomi merupakan fondasi utama untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif.

“Indonesia terus melakukan transformasi melalui tiga pilar utama, yaitu pertumbuhan hijau, akselerasi digital, dan pertumbuhan inklusif. Sesuai arahan Bapak Presiden, Indonesia harus membangun ekonomi yang semakin cepat, tangguh, bersih, dan berkeadilan,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Ecoverse 2025: Economy and Environment Resilience Summit sekaligus peluncuran Bloomberg Businessweek Indonesia di Jakarta, Kamis (20/11).

Pada pilar pertumbuhan hijau, Menko Airlangga menegaskan bahwa percepatan transisi energi menjadi prioritas besar. Pemerintah mendorong pengembangan energi terbarukan, termasuk pembuatan prototipe PLTS, perluasan bioenergi dari B40 menuju B50, bioethanol, Sustainable Aviation Fuel (SAF), hingga bensin sawit. Selain itu, Pemerintah menyiapkan pembangunan jaringan transmisi listrik berskala besar (Green Super Grid) dari Sumatera hingga Nusa Tenggara untuk memperkuat konektivitas regional dan mendukung rencana pusat data trilateral Indonesia–Singapura–Johor. Proyek PLTSa juga terus diperluas dengan target 33 proyek hingga 2029.

Pada pilar akselerasi digital, Menko Airlangga menyampaikan bahwa ekonomi digital Indonesia terus berkembang pesat dan menjadi sumber pertumbuhan baru. Nilai ekonomi digital nasional kini mencapai USD 90 miliar dan diperkirakan meningkat menjadi USD 360 miliar pada 2030. Perkembangan ini turut didorong oleh implementasi Digital Economy Framework Agreement (DEFA) dan semakin terintegrasinya sistem pembayaran digital lintas negara.

“QRIS telah digunakan di Thailand, Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam, Laos, Brunei, Jepang, dan Korea, serta digunakan oleh 57 juta konsumen,” jelasnya.

Pemerintah juga menekankan pentingnya pengembangan teknologi masa depan, seperti AI, semikonduktor, genome sequencing, dan quantum computing. Peningkatan jumlah startup menjadi salah satu fokus untuk memperkuat ekosistem inovasi dan menutup kesenjangan digital.

Sementara itu, pada pilar pertumbuhan inklusif, Pemerintah memastikan pemerataan manfaat pembangunan melalui penguatan pembiayaan rakyat, dukungan terhadap UMKM, dan pengembangan kawasan ekonomi di berbagai daerah. Skema pembiayaan bagi petani, pelaku industri, hingga masyarakat berpenghasilan rendah terus diperluas agar kesempatan ekonomi semakin terbuka. Pemerintah juga menargetkan peningkatan green jobs seiring percepatan transisi energi, disertai program reskilling dan upskilling untuk tenaga kerja di sektor energi bersih, manufaktur modern, dan ekonomi digital.

“Dengan ketiga pilar ini, Indonesia memperkuat posisinya sebagai mitra global yang konstruktif dan berkomitmen dalam membangun ekonomi masa depan yang lebih tangguh. Pertumbuhan hijau harus membawa dampak nyata bagi Indonesia, kawasan, dan dunia,” tutup Menko Airlangga.

Dalam acara tersebut hadir Deputi Bidang Koordinasi Energi dan Sumber Daya Mineral Elen Setiadi, Juru Bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto, CEO Bloomberg Technoz Roger Finnie, serta jajaran manajemen Bloomberg Technoz.