Memperkuat Ekonomi Nasional lewat Hilirisasi Industri dan Inovasi Digital

0
97
Foto: Kemenko Ekon

(Vibizmedia – Jakarta) Kemandirian ekonomi nasional menjadi faktor utama agar Indonesia mampu bertahan ketika tekanan eksternal muncul. Saat ini, perekonomian Indonesia masih berada pada jalur yang tepat, ditandai dengan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2025 sebesar 5,04% serta inflasi Oktober 2025 yang terjaga di level 2,86% (yoy), sesuai dengan target yang ditetapkan.

Untuk mewujudkan kemandirian tersebut dibutuhkan kerja bersama yang konkret. Keberhasilan pencapaian target ekonomi bergantung pada keselarasan berbagai elemen, mulai dari kepemimpinan, sumber daya alam, kapasitas produksi, infrastruktur, hingga kualitas sumber daya manusia.

“Perekonomian bisa diibaratkan sebagai tim balap yang memerlukan tune-up cepat dan tepat. Inovasi dan kemampuan beradaptasi menjadi kunci, dan kita telah belajar banyak dari pengalaman masa Covid-19 tentang pentingnya memainkan pedal gas dan rem sekaligus,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menutup acara 16th Kompas 100 – CEO Forum di Kabupaten Tangerang, Rabu (26/11).

Indikator ekonomi lainnya juga menunjukkan kinerja positif. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September 2025 mencapai 115, PMI Manufaktur Indonesia naik menjadi 51,2 pada Oktober 2025, dan Neraca Perdagangan kembali mencatat surplus sebesar USD4,34 miliar pada September 2025. Surplus ini menjadi yang ke-65 kali berturut-turut, didukung oleh surplus nonmigas senilai USD5,99 miliar.

“Kita juga perlu mendorong investasi berkualitas melalui hilirisasi dan digitalisasi. Transformasi digital memerlukan infrastruktur yang mencakup satelit, kabel optik, serta pendukung ekonomi hijau dan energi terbarukan. Tantangan terdekat kita adalah mendorong ASEAN Power Grid (APG), sebagaimana diputuskan dalam KTT ASEAN di Kuala Lumpur. Ini menjadi tantangan khusus bagi Indonesia untuk menghubungkan Jawa, Sumatera, dan Kepri,” jelas Airlangga.

Capaian investasi juga menunjukkan perkembangan positif. Periode Januari–September 2025 mencatat total realisasi sebesar Rp1.434,3 triliun, tumbuh 13,7% dibanding tahun sebelumnya, dan menyerap tenaga kerja sebanyak 1,95 juta orang. Investasi di sektor hilirisasi mencapai Rp431,4 triliun atau 30,1% dari total investasi periode tersebut.

Pemerintah terus mendorong hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah dan memperkuat daya saing nasional. Hilirisasi menjadi landasan pengembangan ekosistem kendaraan listrik (EV), khususnya industri baterai, sekaligus membuka jalan menuju industri semikonduktor. Pasar semikonduktor global diperkirakan akan mencapai USD1 triliun pada 2030.

Sejalan dengan penguatan sektor industri dan ekonomi hijau, Pemerintah juga mempercepat pertumbuhan ekonomi digital. Ekonomi digital Indonesia berkembang pesat dan menjadi salah satu yang terbesar di ASEAN. Pada 2024 nilainya mencapai USD90 miliar dan diproyeksikan meningkat menjadi USD360 miliar pada 2030.

Salah satu penggerak utama ekonomi digital adalah layanan keuangan digital. QRIS, misalnya, telah menjangkau 57 juta konsumen dan 39 juta pelaku usaha, termasuk UMKM dan warung kecil. Saat ini, 93% merchant QRIS merupakan pelaku UMKM.

“Selain itu, Pemerintah telah menandatangani IEU-CEPA pada 23 September lalu, termasuk klaster digital, untuk mendorong investasi teknologi, pengembangan talenta digital, dan percepatan adopsi teknologi baru,” tambah Airlangga.

Transformasi digital membutuhkan fondasi infrastruktur konektivitas yang kuat. Investasi besar pada data center menjadi keharusan untuk mengimbangi pertumbuhan data. Menurut laporan Structure Research, Indonesia membutuhkan kapasitas hingga 2.700 MW data center, sementara kapasitas saat ini baru sekitar 500 MW—menunjukkan peluang besar bagi sektor swasta.

“Data center mulai menjadi game changer dan telah berkembang di Nongsa Batam. Kami juga menjalin pembicaraan dengan Singapura, Johor, dan Riau untuk memperluas jaringan data center, termasuk cross investment. Dengan kerja sama ini, Indonesia berpotensi menjadi pusat pertumbuhan data center berbasis AI, karena kebutuhan energinya dapat dipenuhi dari dalam negeri,” ungkap Airlangga.

Airlangga juga berharap para CEO yang hadir terus mendukung konsep “Indonesia Incorporated”, yang sangat penting dalam memperkuat posisi Indonesia saat bernegosiasi di forum internasional.

“Dalam berbagai forum—ASEAN, APEC, hingga G20—Indonesia selalu berperan penting dalam pembentukan kebijakan dan deklarasi pemimpin. Peran ini dapat terus menguat apabila KADIN dan APINDO juga mengawal keterlibatannya di forum G20 maupun T20,” tutupnya.

Acara ini turut dihadiri oleh Juru Bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto, CEO Kompas Gramedia Lilik Oetama, Pemimpin Redaksi Harian Kompas A. Haryo Damardono, Direktur Utama PT PLN Persero Darmawan Prasodjo, Ketua Umum APINDO Shinta W. Kamdani, serta Wakil Ketua Umum APINDO Sanny Iskandar.