Basarnas Maksimalkan Kekuatan Udara, Laut, dan K9 dalam Operasi SAR Sumatera

0
58
Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI M. Syafi'i

(Vibizmedia – Jakarta) Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI M. Syafi’i melaporkan bahwa jumlah korban meninggal akibat banjir dan longsor di wilayah Sumatera telah mencapai 583 orang. Sementara itu, sebanyak 553 orang masih dinyatakan hilang dan terus dalam proses pencarian.

“Operasi SAR tetap berjalan setiap hari. Pembaruan data terakhir pada pukul 10.00 WIB menunjukkan 583 korban meninggal yang telah dievakuasi, sementara 553 lainnya masih dicari,” ujar Syafi’i saat rapat di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (2/12/2025).

Syafi’i menjelaskan bahwa Basarnas telah mengerahkan seluruh sumber daya yang dimiliki untuk mempercepat proses evakuasi. Seluruh armada laut, kapal SAR, hingga dukungan udara telah digerakkan untuk distribusi logistik maupun penanganan darurat.

“Pesawat dari Tanjung Pinang, Jakarta, Bogor, hingga Surabaya sudah kami pusatkan untuk membantu operasi,” tambahnya.

Untuk mengatasi medan yang sulit, Basarnas juga menurunkan anjing pelacak K9. Syafi’i menyebutkan bahwa area terdampak dipenuhi lumpur tebal bercampur kayu dan material lain yang mulai mengering, sehingga menyulitkan pencarian manual. “Dalam kondisi seperti ini, kemampuan K9 sangat penting untuk membantu mendeteksi keberadaan korban,” jelasnya.

Ia juga menyampaikan bahwa jumlah korban hilang bertambah menjadi 553 orang setelah beberapa wilayah terisolasi akhirnya dapat melaporkan kondisi mereka. “Penambahan ini bukan karena tim tidak bekerja, tetapi karena sebelumnya tidak ada akses komunikasi di daerah-daerah tersebut,” ujarnya.

Menanggapi perbedaan data antara Basarnas dan BNPB—yang mencatat 631 korban meninggal—Syafi’i menegaskan bahwa Basarnas menggunakan prosedur baku yang dapat dipertanggungjawabkan. Menurutnya, BNPB menerima laporan dari berbagai instansi, termasuk pemerintah daerah, TNI, dan Polri. “Data yang kami keluarkan harus akurat karena terkait hak keluarga korban, termasuk soal santunan,” tegasnya.

Tantangan Evakuasi di Aceh, Sumut, dan Sumbar

Basarnas juga memaparkan sejumlah kendala besar dalam operasi pencarian dan pertolongan di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Tantangan utama adalah ketebalan lumpur yang mengering. Kondisi ini membuat proses pencarian semakin sulit karena material lumpur mengeras dan bercampur dengan kayu serta puing lain. “Ketebalan lumpur saat mengering menjadi salah satu hambatan terbesar,” kata Syafi’i dalam RDP dengan Komisi V DPR, Senin (1/12/2025).

Untuk mengatasi hambatan tersebut, Basarnas mengerahkan unit K9 dari kantor-kantor SAR terdekat dan potensi SAR di daerah. “Kami sudah mengaktifkan anjing pelacak K9 untuk membantu mempercepat penemuan korban,” ujarnya.

Selain medan yang berat, Basarnas juga dihadapkan pada keterbatasan personel. Luasnya area terdampak dan sulitnya memprediksi lokasi korban membuat kebutuhan tenaga SAR meningkat drastis. Mobilitas petugas di lapangan pun masih terhambat akibat kerusakan infrastruktur, banjir, dan longsor di sejumlah titik.

Sebagai langkah antisipatif, Basarnas memperkuat operasi dengan mengerahkan dukungan dari kantor SAR di daerah lain yang tidak terdampak bencana. “Kapal-kapal dari Tanjung Pinang, Pontianak, Pekanbaru, Jambi, Bengkulu, hingga Semarang sudah kami perintahkan untuk membantu memperkuat operasi di wilayah terdampak,” jelas Syafi’i.