(Vibizmedia – Nasional) Semakin berkurangnya energi fosil dari waktu ke waktu dan untuk menopang ketersediaan pasokan listrik, pemerintah menekankan pentingnya peralihan sumber energi dari energi fosil menjadi energi terbarukan.
Saat ini, di Indonesia sudah tidak lagi ditemukan sumber-sumber minyak yang besar, berbeda dengan era pada tahun 1960-an yang pernah memproduksi hingga 1,5 juta barel minyak per hari, kini hanya tinggal separuhnya saja.
Diwaktu-waktu yang lalu, Indonesia merupakan negara pengekspor batu bara terbesar di dunia, tetapi karena menyebabkan polusi, banyak negara yang menutup penggunaan energi dari batu bara.
Tingkat elektrifikasi Indonesia terendah dibanding negara lain di ASEAN, listrik merupakan kebutuhan pokok dan mendasar yang harus ada bagi siapapun di dunia ini, kehidupan manusia sejatinya sudah tidak lagi bisa terlepas dari listrik.
Era sekarang ini mendorong pemerintah Indonesia untuk beralih kepada renewable energy. Indonesia memiliki potensi sumber energi terbarukan yang cukup besar, yang menjadi andalannya adalah panas bumi atau geothermal.
Sampai dengan sekarang ini, potensi yang digunakan baru mencapai 1,5 gigawatt dari potensi energi Indonesia yang mencapai sekitar 30 gigawatt, ungkap Wakil Presiden Jusuf Kalla, saat membuka kegiatan The 4th Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition 2016 di Jakarta Convention Center, Rabu (10/8).
Dalam perencanaan kedepan dalam 10 tahun kedepan, pemerintah mencanangkan pemanfaatan energi geothermal mencapai 7.000 megawatt sehingga potensi yang akan dikelola kedepannya masih sebesar 70%. Pembangunan pembangkit listrik dengan menggunakan teknologi geothermal bukan perkara mudah dan dibutuhkan biaya yang besar dengan tingkat kesulitan yang tinggi.
Sumber utama energi geothermal adalah hutan, pentingnya menjaga kelestarian hutan untuk menjaga pasokan energi yang ada, tanpa hutan, geothermal juga akan habis. Selain itu, penguatan pelestarian sumber energi terbarukan lainnya yang dapat saling melengkapi berasal dari hydro, biogas, panas dan cahaya matahari, angin dan pengelolaan sampah.
Journalist : Rully
Editor : Mark Sinambela