Strategi Pemerintah Capai Peluang Pasar e-commerce Hingga 2020 Sebesar USD 130 Miliar

0
687
Presiden Jokowi didampingi Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro dan Menkominfo Rudiantara Resmikan Pusat Logistik Berikat di Cakung, Jakarta Utara. FOTO : VIBIZMEDIA.COM/RULLY

(Vibizmedia – Nasional) Kolaborasi antara instansi pemerintah, sektor swasta, dunia pendidikan dan Non Govermental Organization (NGO) menjadi hal penting dalam membangun ekosistem yang kondusif dikarenakan besarnya peluang pasar perdagangan elektronik (e-commerce) di Indonesia yang diproyeksikan mencapai USD 130 miliar pada 2020 mendatang.

Kunci membangun e-commerce tersebut adalah tersedianya pelaku yang inovatif di bidang teknologi informasi (TI) dan sains. Kemampuan sumber daya manusia di bidang TI dan sains tersebut menjadi salah satu persyaratan di bidang ekonomi lainnya termasuk di sektor industri manufaktur.

Semua sektor ekonomi kini membutuhkan TI dan sains, termasuk industri manufaktur. Melalui peningkatan kemampuan TI dan sains diharapkan lahir berbagai inovasi untuk membangun daya saing. Karena itu, investasi untuk meningkatkan inovasi melalui peningkatan kompetensi SDM ini sangatlah penting bagi Indonesia saat ini, ungkap Cherie Nursalim, co-founder UID, Senin (21/11).

Selain itu, Dirjen Pengembangan Riset Kemenristekdikti Muhamad Dimyati menyampaikan Indonesia memang masih sangat perlu meningkatkan kemampuan SDM di bidang TI dan sains karena saat ini minat mahasiswa di bidang ini masih tergolong rendah.

Hal ini terjadi disebabkan sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia saat ini masih tergolong sebagai teaching university, belum mengedepankan fungsi sebagai research dan entreprenuer university.

Pentingnya mendorong agar perguran tinggi lebih mengedepankan fungsinya sebagai research dan entrepenuer university melalui pengembangan sains, ungkap Dimyati

Pengalaman yang dilakukan oleh Pemerintah Malaysia, sejak 1995 lalu Malaysia sudah mulai mengarahkan pendidikan tinggi dan mahasiswanya untuk lebih mengedepankan TI dan sains. Langkah ini antara lain dengan membuka kerjasama dengan perguruan tinggi luar negeri, ungkap Mantan Menteri Pendidikan Malaysia, Fong Chan Onn.

Kini sekitar 70% mahasiswa Malaysia, termasuk yang belajar di luar negeri mengambil jurusan sains, engineering dan TI. Ini berbeda dengan di Indonesia di mana sebagian besar dari mahasiswanya memillih jurusan politik dan hukum, ungkapnya.

Selain itu, Vice President Tsinghua University Yang Bin menawarkan kerjasama dengan Kemenristekdikti untuk meningkatkan pengelolaan pendidikan profesional (vokasi) dengan sistem sistem 3+2.

Melalui sistem ini, tiga tahun belajar di dalam negeri kemudian dilanjutkan dua tahun di Tsinghua University, mahasiswa Indonesia sudah selesai menjadi master.

Salah satu universitas tertua RRT dikenal sebagai perguruan tinggi yang telah banyak melahirkan entreprenuer dan manajer yang berkiprah di dunia internasional, termasuk di Amerika Serikat.

Terkait dengan pengembangan e-commerce, sampai tahun 2020 mendatang pemerintah menargetkan munculnya 1.000 technoprenuer yang antara lain diharapkan lahir melalui program vokasi. Target itu masuk dalam roadmap yang telah dibuat pemerintah. Kerjasama dengan Tsinghua University diharapkan dapat mendukung pencapaian target tersebut.

Melalui paket kebijakan ekonomi ke XIV pada 10 November 2016 lalu,  pemerintah akan mempermudah akses pendanaan dan keringanan pajak bagi perusahaan pemula (startup) serta akan merancang program inkubator nasional dan menyusun dan meningkatkan kurikulum e-commerce di Indonesia.

Journalist : Rully
Editor      : Mark Sinambela

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here