(Vibizmedia – Nasional) Stok beras gudang Bulog di beberapa daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur mengalami kepenuhan, sehingga sebagian dikirimkan ke gudang di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Kondisi ini yang menyebabkan Menteri Pertanian Amran Sulaiman memerintahkan agar Bulog segera menyerap gabah petani sesuai harga pembelian pemerintah (HPP) yaitu sebesar Rp 3.700 per kilogram gabah kering petani (GKP).
Sedangkan, harga gabah tingkat petani di kabupaten tersebut saat ini mencapai Rp 3.500/kg GKP. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa biasanya paceklik, sekarang produksi melimpah.
Berdasarkan kondisi tersebut di satu sisi berkah, di sisi lain harus diwaspadai sebagai menurunnya margin yang diterima petani. Kepala Dinas Pertanian (Kadistan) Bojonegoro, Bupati Blora dan Gubernur Jawa Tengah mengeluhkan kondisi tersebut yang berakibat panjang pada menurunnya semangat petani untuk menanam. Harga beberapa bulan lalu cukup bagus mencapai Rp 4.000-5.000/kg GKP.
Harga GKP tingkat petani di beberapa kabupaten berdasarkan data Kementerian Pertanian turun menjadi Rp 2.900 – 3.500/kg (GKP). Berikut data harga gabah kering petani di 7 kabupaten 2 Februari 2017 :
- Purworejo berkisar Rp 3.300
- Jepara berkisar Rp 3.400
- Kendal berkisar Rp. 3.600
- Banjarnegara berkisar Rp 3.500
- Grobogan berkisar Rp 3.500
- Rembang berkisar Rp 3.500
- Tuban berkisar Rp 3.700
Penurunan harga di tingkat petani ini mempengaruhi harga beras di pasar induk dan eceran. Disamping itu, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengatakan untuk mengantisipasi penurunan harga tersebut, pihaknya mendorong agar Bulog dapat menyiapkan gudang penyimpanan beras dan mengirimkan kelebihan stok beras ini ke provinsi yang sedang kekurangan, ungkap Tohir, Kamis (2/2).
Dalam 1 bulan belakangan ini, memasuki panen raya saat ini, stok beras mengalami peningkatan hingga 2 kali lipat yang mengakibatkan gudang Bulog menjadi penuh, dengan adanya gudang-gudang penyimpanan beras dapat membuat harga gabah petani tidak jatuh, terang Tohir.
Journalist : Rully
Editor : Mark Sinambela
