Pentingnya Kelompok Organisasi Dalam Digitalisasi Sistem Pertanian

0
595
Kunjungan kerja Presiden Jokowi di Jabar. FOTO: BIRO PERS SETPRES

(Vibizmedia-Nasional) Presiden resmikan Program Kewirausahaan Pertanian dan Digitalisasi Sistem Pertanian di Desa Majasari, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu mengawali kunjungan kerjanya di Provinsi Jawa Barat, Kamis (7/6).

Menurut Presiden pentingnya para petani untuk berorganisasi atau berkelompok, sebagaimana telah dilakukan dengan membentuk Kelompok Petani (Poktan) atau Gabungan Kelompok Petani (Gapoktan).

Untuk memenangkan kompetisi, kelompok yang dibentuk harus besar sebagaimana perusahaan-perusahaan besar atau korporasi dalam memenangkan kompetisi.

Presiden sampaikan kalau perusahaan besar bisa, kalau korporasi bisa, rakyat juga bisa melakukan, petani pun juga bisa melakukan itu. Tapi ada syarat-syaratnya yaitu harus mau berkumpul dalam sebuah organisasi besar, terangnya.

Pembentukan PT. Mitra Bumdes Bersama (MBB), yang didirikan oleh Gapoktan dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), di Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, mendapat pujian dari Presiden..

Ini adalah sebuah contoh pertama, yang akan saya ikuti, saya lihat selama 6 bulan ke depan. Kalau ini berjalan dengan baik, kita akan lakukan di seluruh tanah air ini dalam mengorganisasi petani, terang Presiden.

Dengan adanya perusahaan tersebut, menurut Presiden Jokowi, petani bisa menjual beras dalam packaging (kemasan) dan rendemennya juga naik, tidak banyak gabah yang rusak, sehingga beras yang dipanen bisa dijual dalam kelompok beras premium langsung ke masyarakat tanpa harus melalui tengkulak.

PT Mitra Bumdes Bersama itu, lanjut Presiden, 49% sahamnya dimiliki oleh Poktas, Gapoktan, dan petani serta Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Sementara 51% lainnya dimiliki oleh BUMN.

Dimiliki kan 49% tapi keuntungan berapa yang akan dimiliki petani. 80% keuntungan akan diberikan kepada petani. Keuntungan yang 20% BUMN itu hanya untuk operasional dan lain-lainnya, terang Presiden.

Kalau pola seperti ini, yang akan dilihatnya selama 6 (enam) bulan, petani tidak untung atau sama saja dengan sebelumnya, maka menurut Presiden, tidak perlu dilanjutkan di tempat lainnya.

Kalau nanti saya tanya petani di Sliyeg, gimana Pak? Waduh Pak dulu sebulan katakanlah kita dapat Rp 300 ribu, kita sebulan bisa tambah jadi Rp 400 ribu, atau jadi Rp 500 ribu atau jadi Rp 600 ribu. Ya ini yang dicari, jelasnya.

 

Journalist: Rully

Editor: Mark Sinambela

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here