Ketimpangan Pengeluaran Penduduk Indonesia Pada September 2018 Turun Menjadi 0,384

0
1680
Penyerahan surat pengangkatan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro kepada Kepala BPS Suhariyanto. FOTO : VIBIZMEDIA.COM/RULLY

(Vibizmedia-Jakarta) Tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia yang diukur oleh Rasio Gini berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) September 2018 tercatat turun tipis menjadi 0,384.

Angka tersebut turun sebesar 0,005 poin dibandingkan dengan Gini Ratio Maret 2018 yang sebesar 0,389.

Dibandingkan dengan Gini Ratio September 2017 turun sebesar 0,007 poin, sebelumnya sebesar 0,391, ungkap Kepala BPS Suhariyanto dalam keterangan pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Selasa (15/1).

Secara nasional, nilai Gini Ratio Indonesia selama periode 2010–September 2014 mengalami fluktuasi namun mulai Maret 2015 hingga September 2018 nilainya terus menurun.

Kondisi ini menunjukkan bahwa selama periode Maret 2015–September 2018 terjadi perbaikan pemerataan pengeluaran di Indonesia, ungkap Suhariyanto.

Berdasarkan daerah tempat tinggal, Gini Ratio di daerah perkotaan pada September 2018 adalah sebesar 0,391. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan sebesar 0,010 poin dibanding Maret 2018 yang sebesar 0,401.

Sementara jika dibanding September 2017 terjadi penurunan sebesar 0,013 poin, jelasnya.

Untuk daerah perdesaan, Gini Ratio pada September 2018 tercatat sebesar 0,319, turun sebesar 0,005 poin dibandingkan dengan kondisi Maret 2018 dan turun sebesar 0,001 poin dibandingkan dengan kondisi September 2017.

Pada September 2018, persentase pengeluaran pada kelompok 40% terbawah adalah sebesar 17,47% yang berarti ada pada kategori ketimpangan rendah.

Kondisi ini naik jika dibandingkan dengan Maret 2018 yang sebesar 17,29%dan September 2017 yang sebesar 17,22%.

Ini menunjukkan secara nasional telah terjadi perbaikan tingkat ketimpangan selama periode September 2017–September 2018, ungkap Suhariyanto.

Sedangkan pada September 2018, persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40% terbawah di daerah perkotaan adalah sebesar 16,79%.

Sementara persentase pengeluaran pada kelompok penduduk 40% terbawah di daerah perdesaan tercatat sebesar 20,43%.

Berdasarkan persentase tersebut, menurut kriteria Bank Dunia, daerah perkotaan termasuk ketimpangan sedang sementara perdesaan termasuk ketimpangan rendah, jelas Suhariyanto.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here