(Vibizmedia – Economy & Business) Perkembangan Brexit masih menjadi perhatian penting investor global. Namun dengan enam minggu tersisa sebelum Inggris dijadwalkan meninggalkan Uni Eropa, masa depan politik dan ekonomi ekonomi terbesar kelima di dunia itu tetap tidak pasti seperti sebelumnya.
Kepastian bisa terjadi jika Perdana Menteri Inggris Theresa May bisa mendapatkan kesepakatan Brexit yang disetujui oleh mayoritas anggota parlemen Inggris dalam beberapa minggu mendatang, ia juga harus meminta blok untuk menunda proses atau mendorong negara ke dalam kekacauan dengan pergi tanpa kesepakatan.
Goldman Sachs dalam sebuah catatan kepada klien pada hari Jumat menyatakan bahwa Perdana Menteri May akan berulang kali mencoba untuk menunda pemungutan suara parlemen yang pasti pada kesepakatan Brexit yang dinegosiasikannya.
Pada hari Kamis, anggota parlemen Inggris menolak pendekatan May untuk pembicaraan Brexit. Ini menandai kekalahan lainnya bagi seorang perdana menteri yang berjuang untuk mengatasi perpecahan parlemen yang mendalam.
Kekalahan itu tidak memiliki kekuatan hukum untuk Downing Street dan pemerintah Inggris mengatakan May tidak akan mengubah strategi negosiasi dengan blok Eropa.
Ketidakpastian Brexit telah bergemuruh selama hampir tiga tahun, mengguncang pasar keuangan. Sentimen bisnis dan konsumen juga memburuk di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang prospek Brexit yang berantakan dari Uni Eropa yang dapat merusak perekonomian.
Goldman Sachs mengatakan mereka memperkirakan kemungkinan peluang “tidak ada kesepakatan” Brexit sekitar 15 persen, kemungkinan kesepakatan Brexit yang disahkan sekitar 50 persen dan kemungkinan “tidak ada Brexit” sama sekali sekitar 35 persen.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting Group
