Kemenperin: Industri Hilirisasi Batubara untuk Perkuat Cadangan Devisa Negara

0
840
Pencanangan Industri Hilirisasi Batubara di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, Minggu (3/3). Photo: Dok Kemenperin

(Vibizmedia – Nasional) Kementerian Perindustrian terus mendorong tumbuhnya industri hilirisasi batubara agar dapat menghasilkan produk bernilai tambah tinggi dan substistusi impor seperti urea, Dimethyl Ether (DME), serta polypropylene.

Upaya ini dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku pembuatan pupuk, bahan bakar, dan plastik yang akan digunakan di dalam negeri, juga untuk mengisi permintaan pasar ekspor.

“Undang-Undang No 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian mengamanatkan, pengembangan industri pengolahan difokuskan pada penguatan rantai pasok untuk menjamin ketersediaan bahan baku dan energi yang berkesinambungan dan terjangkau,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada Pencanangan Industri Hilirisasi Batubara di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, Minggu (3/3).

Kegiatan pencanangan ini, dihadiri juga oleh Menteri BUMN Rini Soemarno dan Menteri ESDM Ignasius Jonan. Pada kesempatan tersebut  Menteri Airlangga juga menandatangani prasasti pencanangan Bukit Asam Coal Based Special Economic Zone (BACBSEZ).

Sektor industri ini sangat diperlukan sesuai dengan arahan Presiden, karena merupakan substitusi impor dan dapat memperkuat cadangan devisa negara. Klaster Tanjung Enim dengan luas 300 hektare akan menjadi kawasan industri baru yang terintegrasi.

Menperin memberikan apresiasi kepada PT. Bukit Asam Tbk, PT. Pertamina (Persero), PT. Pupuk Indonesia (Persero), dan PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk yang sedang mengembangkan industri hilirisasi batubara di mulut tambang Tanjung Enim. Pada Desember 2017, keempat perusahaan tersebut telah menandatangani perjanjian kerja sama untuk mengolah batubara kalori rendah dengan teknologi gasifikasi sehingga menghasilkan produk akhir yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

Pembangunan pabrik pengolahan gasifikasi batubara yang nilai investasinya diperkirakan mencapai USD1,2 miliar dan menciptakan lapangan kerja sebanyak 1.400 orang ini akan mulai beroperasi pada November tahun 2022. Produksinya nanti dapat memenuhi kebutuhan sebesar 500 ribu ton urea per tahun, 400 ribu ton DME per tahun, dan 450 ton polypropylene per tahun.

Menurut Airlangga, dengan target pemenuhan pasar tersebut, diproyeksi kebutuhan batubara sebagai bahan baku sebesar 7-9 juta ton per tahun, termasuk untuk mendukung kebutuhan batubara bagi pembangkit listrik. Hilirisasi yang akan dilakukan ini diperkuat dengan total sumber daya batubara sebesar 8,3 miliar ton dan total cadangan batubara sebesar 3,3 miliar ton.

Industri hilirisasi batubara ini sangat penting untuk memperkuat struktur industri dan optimalisasi perolehan nilai tambah dalam rangka peningkatan daya saing sektor manufaktur, termasuk dalam penguatan kemandirian industri petrokimia di Indonesia.

Emy T/Journalist/ VM
Editor : Emy Trimahanani

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here