(Vibizmedia – Pilpres 2019) Dalam debat calon Presiden Pemilu 2019 terdapat segmen Debat Terbuka, dimana kedua kandidat dipersilakan mengajukan pertanyaan dan berinteraksi secara langsung. Dalam putaran pertama segmen Debat Terbuka ini, calon Presiden nomor urut 02 menyampaikan pertanyaan kepada calon Presiden nomor urut 01.
Prabowo mempertanyakan anggapan bahwa kondisi pertahanan dan keamanan sudah memadai. Prabowo menyatakan anggaran Pertahanan dan keamanan kita adalah 0,8% dari GDP, 5% dari APBN. Padahal negara tetangga kita sampai dengan 3% dari GDP, 30% dari APBN mereka.
Artinya mungkin terlihat membeli alat, tetapi harus kegunaannya. Prabowo mencontohkan kalau kita membangun divisi ketiga yang tidak ada gunanya untuk apa dibuat divisi ketiga? Pertanyannya apakah briefing-briefing yang Pak Jokowi terima apakah perlu atau tidak untuk dikaji lagi?
“Saya masih sangat percaya kepada TNI kita dalam mempertahankan kedaulatan negara Republik Indonesia yang kita miliki”, tegas Jokowi menjawab pertanyaan Prabowo. Jokowi masih sangat percaya mengenai mengenai anggaran pertahanan yang memang sekarang ini baru diberikan prioritas pada pembangunan infrastruktur. Namun suatu saat apabila pertumbuhan ekonomi semakin baik, maka TNI akan bisa membangun alutsista ke depan yang lebih baik.
Jokowi mengajak untuk membandingkan Indonesia dengan negara-negara tetangga, memang anggaran Indonesia lebih kecil , tetapi Jokowi sangat yakin bahwa dari informasi intelijen strategis yang masuk mengatakan bahwa 20 tahun kedepan invasi negara kita dapat dikatakan tidak ada dalam waktu kurun 20 tahun.
Tetapi yang perlu dicermati justru keamanan di dalam negeri yang berkaitan dengan konflik . Oleh sebab itu konflik ini jangan juga dianggap remeh karena konflik ini bisa menjadi pembesar karena perang teknologi, perang elektronik yang dilakukan dari luar untuk menusuk langsung ke dalam.
Jokowi mengatakan “Saya ingin menggarisbawahi bahwa penguatan pengembangan SDM TNI terutama dalam penguasaan persenjataan dan cyber, sangat diperlukan dalam pertahanan negara kita ini ke depan”.
Menanggapi penjelasan Jokowi, Prabowo menceritakan pengalamannya pernah mendapat pengarahan dalam 20 tahun tidak akan terjadi perang terbuka, namun ternyata terjadi perang Timor Timur. Hal ini disampaikan untuk menyatakan keraguannya terhadap informasi tidak terjadi invasi dalam 20 tahun. Prabowopun menekankan perlu dikaji kembali briefing-briefing tersebut.
Jokowi menanggapi Prabowo mengatakan namanya perkiraan maka perkiraan intelijen strategis bisa keliru bisa tidak. Oleh sebab itu kepentingan dalam rangka strategi ke depan, mesin yang dipentingkan sebelah mana kita menjadi tahu. Jangan sampai kita keliru memperkirakan ke depan sehingga strateginya juga menjadi keliru. Jokowi menekankan “Oleh sebab itu kembali lagi ingin saya sampaikan bahwa penguasaan teknologi persenjataan dan cyber ini sangat, sangat diperlukan dalam pertahanan kita ke depan.”
Jokowi juga menyampaikan lagi bahwa pemasangan radar udara di 19 titik sudah dilakukan. Pemasangan radar maritim kita sudah 11 titik dilakukan itu dalam rangka menjaga kedaulatan negara Indonesia dan anggaran pertahanan itu harus ditingkatkan lagi.
Jokowi juga mengatakan harus ada skala prioritas. Sekarang mungkin skala prioritas di infrastruktur, 5 tahun kedepan kita skala prioritas lagi di pengembangan sumber daya manusia. Mungkin ketiga nanti di anggaran pertahanan akan menjadi prioritas.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang









