(Vibizmedia-Commodity) – Harga minyak mentah dunia yang diperdagangkan di bursa komoditas internasional sesi Amerika yang berakhir hari Jumat (19/04) sedikit lebih tinggi karena penurunan pengiriman minyak mentah dari eksportir utama Arab Saudi dan penurunan dalam persediaan minyak AS. Namun minyak mentah berjangka diperdagangkan dalam kisaran sempit, kenaikan harga tertahan oleh penguatan dolar dan juga saham yang bergerjolak.
Harga minyak mentah berjangka acuan internasional atau minyak mentah berjangka Brent naik 31 sen atau 0,43 persen menjadi $ 71,79 per barel, dekat dengan posisi tertinggi lima bulan di $ 72,27 per barel yang dicapai Rabu lalu. Demikian juga harga minyak berjangka WTI AS menguat 20 sen lebih tinggi pada $64 per barel.
Ekspor minyak mentah Arab Saudi turun 277.000 barel per hari hanya di bawah 7 juta barel per hari pada bulan Februari dari bulan sebelumnya, menurut data yang dilaporkan Joint Organizations Data Initiative.
Selain itu laporan EIA Rabu lalu bahwa pasokan minyak mentah AS, bensin dan persediaan sulingan turun pekan lalu, dengan minyak mentah mencatat penurunan tak terduga dan yang pertama dalam empat minggu.
Kemudian faktor bullish juga datang dari laporan General Hugh Baker Electric yang menunjukkan perusahaan-perusahaan energi AS minggu ini mengurangi jumlah rig minyak yang beroperasi untuk pertama kalinya dalam tiga minggu karena perkiraan pertumbuhan produksi dari serpih, ladang minyak terbesar di negara itu, terus menyusut. Pengebor memotong delapan rig minyak dalam seminggu hingga 18 April, sehingga jumlah totalnya turun menjadi 825.
Namun kenaikan harga ditahan oleh lonjakan tinggi dolar AS, yang naik karena data penjualan ritel Amerika Serikat yang melompat dari posisi kontraksi, karena dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal untuk pembeli non-AS.
Perdagangan positif sebelumnya telah didukung tahun ini oleh perjanjian yang dicapai oleh OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia untuk membatasi produksi minyak mereka sebesar 1,2 juta barel per hari. Pasokan global juga semakin diperketat oleh sanksi AS terhadap anggota OPEC, Venezuela dan Iran.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang