(Vibizmedia – Forex) – Melihat pergolakan pasar forex sepanjang perdagangan pekan lalu, krisis dagang AS-China sangat membebani pasar dan menguntungkan bagi perdagangan mata uang safe haven. Namun meskipun secara fundamental sentimen pekan lalu menguntungkan yen Jepang dan dolar AS sebagai safe haven, pergerakan mata uang tersebut tidak merata.
Di hari terakhir perdagangan pekan lalu, pemerintah Amerika Serikat menaikkan tarif menjadi 25% dari 10% untuk barang-barang dagang Cina senilai sekitar $200 miliar dan mengancam akan mengenakan tarif pada hampir semua impor dari China. Keputusan diatas terjadi oleh tuduhan Presiden Donald Trump melihat China sangat lambat dari komitmen dalam negoisasi perdagangan.
Akhir pekan lalu akhirnya posisi dolar AS di tutup pada posisi 97.30 atau turun 0,1 persen dari perdagangan sebelumnya, namun sempat turun ke posisi 97.13 yang merupakan posisi terendah dalam 3 pekan.
Sementara itu untuk beberapa mata uang utama lainnya seperti euro tetap stabil terhadap dolar AS, dolar Selandia Baru menonjol dengan kerugian besar, sebagian besar karena penurunan suku bunga. Poundsterling berjuang di tengah kebuntuan yang sedang berlangsung dalam pembicaraan lintas partai terkait Brexit.
Untuk pergerakan sentimen pasar forex pekan ini analyst Vibiz Research Center melihat ada beberapa agenda kalender ekonomi penting dari tiap kawasan yang perlu dicermati dan dapat mempengaruhi pergerakan mata uang utama di pasar Forex.
Di kawasan Asia terdapat rilis data produksi industri Cina, penjualan ritel dan investasi aset tetap China, data ketenagakerjaan Australia, serta sentimen kepercayaan bisnis dan konsumen Australia.
Di kawasan Eropa akan dirilis data pengangguran Inggris dan pertumbuhan upah, data flash PDB eurozone dan data PDB Q1 Jerman. Untuk kawasan Amerika akan ada beberapa data penting seperti data penjualan ritel, produksi industri, data perumahan serta data flash sentimen konsumen Michigan.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang









