(Vibizmedia – Forex) – Mata uang China, Yuan anjlok parah hingga turun ke level terendah terhadap dolar AS sejak Desember pada awal pekan, dan masuki perdagangan sesi Asia hari Selasa (14/05) masih sangat lemah. Yuan tertekan meningkatnya tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China, dengan masing-masing negara menaikkan tarif barang-barang lainnya.
China mengumumkan untuk mengenakan tarif lebih tinggi pada barang-barang AS senilai $60 miliar pada total 5.140 produk AS yang mulai berlaku 1 Juni dengan tarif mulai dari 5 persen hingga 25 persen. Sikap ini tindakan perlawanan sebagai tanggapan terhadap kenaikan tarif AS hari Jumat lalu, meskipun sebelumnya Presiden Trump memperingatkan situasi hanya akan menjadi lebih buruk jika China membalas.
Yuan melemah hingga mencapai 6,92, level terendah sejak perdagangan 24 Desember. Melemahnya kurs hingga 6 hari berturut diperkirakan akan membuat pemerintah Cina akan melakukan intervensi. Timbul kekhawatiran bahwa China akan menjual kepemilikan Treasurynya yang luas sebagai hukuman atau sebagai taktik negosiasi melawan Amerika Serikat.
Perlawanan China tersebut juga mendapat respon dari Presiden AS Donald Trump yang dinyatakan dalam cuitan twitternya:
“Saya katakan secara terbuka kepada Presiden Xi & semua teman saya di China bahwa China akan sangat tersakiti jika Anda tidak membuat kesepakatan karena perusahaan akan dipaksa meninggalkan Cina ke negara lain. Terlalu mahal untuk membeli barang di China,” Trump lanjutan cuitannya “Kamu punya banyak, hampir selesai, & kamu mundur!”.
Kondisi ini akan semakin mengguncangkan pasar keuangan global yang telah terganggu sejak tahun lalu saat krisis perang dagang ini bergulir. Analyst Vibiz Research Center melihat kondisi ini akan menguntungkan mata uang utama yang menjadi rivalnya dolar AS.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang