(Vibizmedia – Index) – Bursa saham utama Asia Pasifik pada penutupan perdagangan hari Rabu (29/05) banyak yang masuk zona merah karena investor bereaksi terhadap penurunan imbal hasil obligasi AS, yang mencerminkan kekhawatiran atas perlambatan ekonomi.
Selain itu juga kekhawatiran perdagangan semakin mendalam setelah laporan media menyatakan bahwa China dapat mempertimbangkan untuk membatasi ekspor mineral rare earth, yang sangat penting bagi industri teknologi AS.
Saham China ditutup sedikit lebih tinggi, mengabaikan kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan dan kebuntuan dalam pembicaraan perdagangan China-AS. Indeks Shanghai Composite pulih dari penurunan awal untuk mengakhiri sesi naik 4,79 poin atau 0,16 persen menjadi 2.914,70. Namun indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,57 persen menjadi 27.235,71.
Perdagangan saham Jepang jatuh di tengah ketidakpastian luas atas perdagangan dan pertumbuhan ekonomi. Indeks Nikkei turun 256,77 poin atau 1,21 persen menjadi 21.003,37 dengan saham eksportir ambruk karena penguatan safe-haven yen terhadap dolar dan euro seperti saham Mazda Motor turun 1,1 persen, Sony turun 2,6 persen dan Panasonic kehilangan 1 persen.
Pada perdagangan bursa saham Seoul – Korea Selatan alami penurunan karena kebijakan pemotongan pajak untuk perdagangan saham mulai berlaku akhir pekan ini. Akibatnya indeks Kospi jatuh 25,51 poin atau 1,25 persen menjadi 2.023,32.
Untuk perdagangan saham kawasan Pasifik juga bergerak negatif, seperti bursa Australia anjlok dengan indeks ASX 200 turun 44,80 poin atau 0,69 persen menjadi 6.440. Tekanan jual banyak terjadi pada saham sektor tambang dan perminyakan. Demikian juga saham Selandia Baru turun moderat dengan indeks acuan NZX 50 berakhir turun 26,85 poin atau 0,27 persen pada 10.096,47.
Untuk perdagangan bursa saham Indonesia di bursa Jakarta ditutup menguat signifikan, dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) naik 1,18 persen ke posisi 6104.10. Support kuat indeks dipicu oleh lonjakan saham-saham unggulan sektor aneka industri dan infrastruktur.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang








