(Vibizmedia-Nasional) Berdasarkan rilis dari IMD World Competitiveness, peringkat daya saing Indonesia tahun 2019 naik signifikan 11 peringkat dari tahun sebelumnya. Dari peringkat 43 tahun 2018 menjadi peringkat 32 pada tahun ini.
Kenaikan signifikan tersebut disebabkan selesainya sejumlah proyek infrastruktur, salah satu program prioritas Pemerintahan Jokowi-JK dalam periode 2015-2019,
yang mampu meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia, bukan Jawa Sentris tetapi Indonesia Sentris.
Penentuan tersebut berdasarkan empat indikator besar yang diukur yakni kinerja ekonomi, efisiensi birokrasi, efisiensi bisnis an infrastruktur. Proyek infrastruktur memberikan kontribusi pada peningkatan daya saing Indonesia.
Kenaikan peringkat daya saing Indonesia ini, merupakan yang terbesar di regional Asia Pasifik. Meskipun demikian masih dibawah Malaysia (peringkat 22) dan Thailand (peringkat 25). Apabila stok infrastruktur kita stagnan maka daya tarik investasi kita akan kalah dibandingkan negara tetangga, ungkap Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dalam keterangan tertulis pada Jumat (31/5).
Basuki sampaikan pembangunan infrastruktur menjadi pilihan logis dan strategis semata-mata untuk meningkatkan daya saing Indonesia sekaligus untuk mengejar ketertinggalan. Terlebih Indonesia sempat mengalami krisis ekonomi yang berdampak pada penundaan dan penghentian pembangunan dan pemeliharan infrastruktur.
Oleh karenanya sejak tahun 2015 pemerintah mengalihkan belanja subsidi menjadi belanja produktif berupa pembangunan infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan.
Menurut Basuki dampak kebijakan pembangunan infrastruktur tidak serta merta dapat dirasakan dalam jangka pendek. Untuk itu kita banyak membangun infrastruktur di Papua, Papua Barat, NTT, dan kawasan perbatasan, jelasnya.
Ditambah lagi, perlunya menarik investasi baik dari dalam maupun luar negeri untuk meningkatkan produksi nasional dan membuka lapangan kerja yang akan mengurangi jumlah pengangguran. Baginya, infrastruktur yang kurang memadai membuat produk Indonesia sulit bersaing.
Selanjutnya, rendahnya konektivitas mengakibatkan biaya logistik kita lebih mahal daripada Malaysia, Singapura atau bahkan Filipina, jelasnya.
Untuk itu, Basuki sampaikan pihaknya bersama kementerian lain membangun konektivitas secara sinergi multimoda,dimana Kementerian Perhubungan membangun pelabuhan dan bandara, Kementerian PUPR menyediakan akses jalan bebas hambatannya.