(Vibizmedia-Commodity) – Memulai perdagangan komoditas internasional awal pekan hari Senin (10/06), emas diperdagangkan lebih rendah dari penutupan pasar akhir pekan lalu yang naik ke posisi tertinggi sejak April 2018 atau 13 bulan. Retreatnya harga emas terjadi oleh aksi profit taking pasar merespon usaha penguatan dolar AS pagi ini.
Usaha Dolar AS Setelah Terbakar Fed Rate dan NFPhttps://t.co/i047aKNspm#dolar #USD #forex #trading #ssham #bursa #ihsg #jakarta pic.twitter.com/PQ19HLw1J4
— vibiznews.com (@vibiznews) June 9, 2019
Harga emas spot atau LLG kini sedang turun 0,3 persen ke posisi $1.335,34 per troy ounce dari perdagangan sebelumnya yang ditutup pada posisi $1.335,60. Demikian untuk emas berjangka Amerika kontrak bulan Agustus 2019 kini berada di posisi $1.339,65 atau turun 0,48 persen.
Tingginya harga emas pekan lalu mendapat manfaat dari kekhawatiran bahwa perang perdagangan AS dengan Meksiko dan Cina akan memperlambat ekonomi global. Logam mulia itu naik sekitar 3% sepanjang pekan lalu, mencetak kenaikan mingguan terbesar sejak April 2016.
Selain itu juga emas diuntungkan dengan ekspektasi untuk penurunan suku bunga AS sebelum akhir tahun yang dikonfirmasi oleh laporan mengecewakan pasar tenaga kerja AS dalam NFP bulan Mei hari Jumat lalu. Data tersebut menunjukkan data yang lebih rendah periode bulan sebelumnya bahkan dibawah ekspektasi penurunan.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga emas sepanjang hari ini berpotensi naik kembali oleh kuatnya sinyal perdagangan safe haven yang menguntungkan logam mulia. Sinyal tersebut terlihat dari posisi imbal hasil obligasi yang kini berada di posisi terendah lebih dari 30 bulan.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang