(Vibizmedia-Commodity) – Harga emas pada perdagangan awal sesi Asia hari Kamis (20/06) terlihat bertambah mahal melebihi perdagangan sebelumnya bahkan mencapai posisi harga tertinggi dalam 17 bulan. Kenaikan harga emas yang tinggi tersebut terjadi setelah Federal Reserve AS mengisyaratkan penurunan suku bunga dimungkinkan akhir tahun ini, karena menanggapi meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan inflasi yang hangat.
Harga emas spot atau LLG terpantau sedang naik 0,53% pada $1,366.80 per troy ounce, masuki penguatan harga selama 3 hari berturut oleh sentimen penurunan suku bunga The Fed. Demikian juga harga emas berjangka untuk kontrak bulan Agustus menguat signifikan dengan naik 2,16% pada $ 1,377.25 per troy ounce.
Federal Reserve AS mengisyaratkan penurunan suku bunga dimungkinkan akhir tahun ini, karena menanggapi meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan inflasi yang hangat. Bank sentral AS tidak sendirian dalam mempertimbangkan penurunan suku bunga. Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi mengisyaratkan pada hari Selasa bahwa jika inflasi gagal meningkat, pelonggaran kebijakan lebih lanjut mungkin akan terjadi.
Bank Sentral Amerika Proyeksikan Adanya Pemangkasan Bungahttps://t.co/Zthvb7SXpd#forex #Dolar #Saham #trader #trading #profit #jakarta #mining #Bursa pic.twitter.com/K0CHvoDVA7
— vibiznews.com (@vibiznews) June 20, 2019
Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang memegang non-yield bullion sehingga harga emas batangan menjadi tinggi.
Namun tingginya harga emas ini dibatasi oleh ekspektasi selesainya perang dagang AS-China yang menekan ekonomi global dan membuat bank sentral harus melonggarkan kebijakan. Baru-baru ini Presiden AS Trump posting di twitternya bahwa dia sudah melakukan komunikasi lewat telepon dengan Presiden China Xi Jinping yang akan berlanjut pada pertemuan G20 di Jepang akhir bulan ini.
Untuk pergerakan harga emas selanjutnya menurut analyst Vibiz Research Center berpotensi retreat oleh kuatnya sentimen perdagangan aset resiko yang terlihat dari pergerakan kuat bursa saham global merespon kebijakan Fed tersebut.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang
