(Vibizmedia – Nasional) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), hingga penghujung 2019, banyak melakukan inovasi dan teknologi, yang diterapkan oleh pada berbagai sektor untuk mendukung kemajuan perekonomian bangsa, sekaligus mendorong Indonesia menjadi negara yang berdaya saing.
BPPT yang merupakan institusi pemerintah yang berfokus pada bidang kaji-terap teknologi, terus berupaya melahirkan inovasi dan teknologi yang mampu mewujudkan program prioritas pemerintah. Inovasi yang dilakukan berfokus pada bidang kebencanaan, kemudian inovasi sektor infrastruktur, energi dan transportasi, pertanian dan pangan hingga industri farmasi.
Hammam Riza, Kepala BPPT mengatakan, bahwa BPPT selama ini telah sukses melahirkan beragam inovasi sepanjang tahun 2019. “BPPT alhamdulillah sudah melahirkan begitu banyak inovasi di 2019, ini untuk mendorong pembangunan Indonesia agar menjadi negara maju dan berdaya saing,” kata Hammam, dalam acara Capaian Inovasi dan Layanan Teknologi BPPT 2019 bertajuk ‘Membumikan Inovasi Teknologi untuk Negeri’ di Kantor BPPT, Jakarta, Rabu (18/12).
Kerja keras BPPT dalam mendukung pemerintah pun telah terbukti melalui pemanfaatan inovasi pada berbagai sektor. Hal ini tidak hanya untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdaya saing tinggi, namun juga mandiri karna inovasi yang dilahirkan BPPT mengedepankan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang tinggi.
“Sebagai lembaga kaji-terap, BPPT sudah berhasil menerapkan inovasi pada banyak sektor, mulai dari bidang kebencanaan, infrastruktur dan transportasi, energi, tata kelola pemerintah berbasis digital, inovasi untuk industri farmasi agar Indonesia bisa mandiri, hingga penguasaan teknologi kecerdasan buatan dengan inisiasi BPPT AI Center,” jelas Hammam.
Di sektor pertanian, pangan dan impor, BPPT memiliki kompetensi untuk melakukan kaji-terap teknologi melalui Deputi Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi (TAB). Pada tahun ini, khusus bidang pangan, BPPT berupaya melakukan subtitusi impor daging sapi melalui program integrasi industri sawit dan sapi.
Hammam berharap, agar lahan sawit nasional bisa dimanfaatkan secara optimal pula untuk pemenuhan kebutuhan daging sapi nasional yang masih impor hingga saat ini. “Semoga lahan sawit nasional ini tidak hanya bisa optimal memenuhi kebutuhan industri sawit, namun juga memenuhi kebutuhan daging sapi nasional yang masih impor,” kata Hammam.
Selain itu, ada pula pengembangan inovasi ikan nila Salina yang diyakini mampu hidup di air payau bahkan di air laut, tidak hanya di tambak Ikan. Ikan nila Salina disiapkan sebagai pengganti komoditas ikan bandeng dan udang windu yang tidak tahan dengan kualitas lingkungan tambak yang memburuk.
Sedangkan dalam bidang teknologi pangan, BPPT melalui Kedeputian TAB telah mengembangkan beras analog yang berbahan baku singkong, sagu atau jagung. Bentuk beras ini menyerupai buliran beras padi, namun memiliki kandungan yang lebih sehat karena didalamnya terdapat indeks glikemik yang lebih rendah.
Juga Peneliti dan Perekayasa Kedeputian TAB BPPT telah mengembangkan mie berbahan baku sagu dan cassava instan.
Emy T/Journalist/BD
Editor: Emy Trimahanani
 
             
		



 
                             
                            




