Ma’ruf Amin : Para Dai Mari Kita Mengajak Jangan Mengejek, Menasehati Jangan Menyakiti, Merangkul Jangan Memukul

0
806
Wakil Presiden Ma'ruf Amin berpesan kepada para pendakwah atau Dai, dalam Rakornas Ikatan Dai Indonesia (IKADI) di Istana Wapres, Kebon Sirih. Foto Togu Hasiholan/Vibizmedia.com

Hari ini, Senin 9 Maret 2020, Wakil Presiden Ma’ruf Amin menghadiri pembukaan Rakornas Ikatan Dai Indonesia (IKADI) di Istana Wapres, Kebon Sirih. Acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Ketua Umum IKADI, Achmad Satori Ismail, berterima kasih kepada Ma’ruf karena telah menerima seluruh peserta di Istana Wapres. Ia melaporkan kegiatan ini dihadiri seluruh perwakilan dari 34 provinsi, yang mana diwakili oleh 250 peserta

Berkat bimbingan dari sejak berdirinya dan dideklarasinya, dan bimbingan Bapak Ma’ruf sejak 2004, IKADI berjalan dengan baik, terima kasih atas bimbingannya

Rakornas IKADI telah dimulai dimulai sejak Sabtu 7 Maret 2020. Rakornas ini bertujuan untuk mengokohkan dakwah Islam rahmatan lil ‘alamin di Indonesia, memberikan kontribusi bagi kebaikan dan kemajuan bangsa, serta memberikan apresiasi pada insan-insan dakwah yang telah berkomitmen pada dakwah rahmatan lil ‘alamin.

Di dalam rakornas ini nantinya akan dibahas tema-tema dakwah strategis yang diantaranya adalah bagaimana mengokohkan Dakwah rahmatan lil ‘alamin dan bagaimana berdakwah dalam era digital dan milenial.

Wakil Presiden Ma’ruf Amin berpesan kepada para pendakwah atau Dai, dalam Rakornas Ikatan Dai Indonesia (IKADI) di Istana Wapres, Kebon Sirih. Foto Togu Hasiholan/Vibizmedia.com

Wakil Presiden Ma’ruf Amin berpesan kepada para pendakwah atau Dai untuk senantiasa menyampaikan pesan damai kepada jemaah. Ma’ruf juga mengimbau para Dai untuk menyampaikan nasihat bukan menghakimi.

“Para Dai adalah orang-orang yang mengajak kebaikan, memerintahkan yang baik-baik melarang yang buruk, yang mungkar. Artinya penyebar kebaikan di mana-mana. Karena itu pemerintah sangat membutuhkan kehadiran para Dai,” disampaikan Wakil Presiden Ma’ruf Amin

Ma’ruf meminta kepada Dai untuk tidak memakai ayat perang dalam dakwahnya. Karena Indonesia tidak dalam suasana perang.

“Kami mohon agar dakwah yang kita berikan itu sesuai dengan suasana kedamaian itu dan tidak membawa ayat perang, karena kita tidak dalam suasana perang. Memang ada ayat perang, tapi dipakai dalam suasana perang,” himbaunya.

Ma’ruf menyebut, Indonesia adalah negara kesepakatan yang terdiri dari Pancasila dan NKRI. Maka, pendakwah harus menyampaikan pesan-pesan yang sesuai dengan kesepakatan itu.

“Kedua, dakwah kita berada di dalam satu kehidupan kenegaraan yang dibalut di atas dasar kesepakatan. Dakwah kita dalam suasana kesepakatan. Pancasila kesepakatan, NKRI, karena itu kita berada di suasana kesepakatan itu serta berdakwah menggunakan nasihat yang baik.

Sebagai harapan saya supaya kita benar-benar menyampaikan ke jalan Tuhanmu dengan ilmu atau dengan kebijakan yang bijaksana. “Mari kita mengajak, jangan mengejek, menasehati jangan menyakiti, merangkul jangan memukul.”

Ma’ruf menegaskan, penceramah bukanlah seorang hakim. Sehingga tidak memiliki kewenangan untuk menghakimi dan memberikan vonis kepada jemaah.

Ma’ruf mengatakan seorang Dai memiliki peran dalam menanggulangi radikalisme. Menurutnya radikalisme mengganggu ketenangan bangsa dan negara.

“Saya juga harapkan untuk ikut menanggulangi yaitu radikalisme yang sekarang sudah dekat. Ini mengganggu ketenangan. Radikalisme yang kita maksud tentu yang negatif, radikal yang mengarah ke terorisme,” disampaikan Ma’ruf Amin.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here