TERUPDATE – Perkembangan Penanganan Covid-19 di Indonesia per 21 Juli 2020

0
682
Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19, Prof. Wiku Adisasmito. FOTO: Humas BNPB

(Vibizmedia – Nasional) Mulai hari ini telah dikeluarkan Perpres nomor 82 tahun 2020 tentang Komite penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional yang ditujukan untuk penguatan organisasi dan manajeman dalam penanganan COVID-19. Disampaikan juga bahwa terjadi perubahan pengumuman kasus Covid Harian yang sebelumnya disampaikan oleh Dirjen P2P, maka selanjutnya update dapat langsung dilihat di portal www.covid19.go.id.

Dalam konferensi pers hari ini oleh Menko perekonomian Airlangga selaku ketua Komite Kebijakan, maka Presiden telah menunjuk Wiku Adisasmito sebagai Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19.

Perkembangan Vaksin COVID-19 di Indonesia Diharapkan Selesai Akhir Tahun

Wiku menyampaikan bahwa pada saat sekarang memang cukup banyak perkembangan vaksin yang ada di dunia. Tercatat ada 240 kandidat vaksin COVID-19 yang sedang dikembangkan di dunia.

Khususnya untuk Indonesia kita juga sedang mengembangkan beberapa kerja sama untuk vaksin tersebut. Ia menyampaikan bahwa  salah satu yang kemajuannya cukup menggembirakan adalah kerjasama antara Biofarma dengan Sinovac dimana sedang dilakukan uji klinis fase 3 dan harapannya akan selesai pada akhir tahun ini dan diproduksi tahun depan. Harapannya dengan perkembangan ini maka masyarakat Indonesia bisa mendapatkan proteksi dari penggunaan vaksin ini oleh masyarakat.

Vaksin ini akan dilakukan uji klinis bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran dan Biofarma di Bandung.

Analisis data per 19 Juli untuk Peta Zonasi Risiko

Dalam seminggu terakhir tercatat ada:

35 Kab/Kota dengan Resiko Tinggi

169 Kab/Kota dengan Resiko Sedang

210 Kab/Kota Resiko Rendah

53 Kab/Kota tidak ada kasus baru artinya selama 4 minggu terakhir tidak dilaporkan ada kasus baru dan 100 % sembuh

48 Kab/Kota Tidak Terdampak

Terlihat bahwa daerah-daerah dengan risiko tinggi dalam 8 minggu terakhir terlihat jumlahnya menurun dan berubah menjadi zona risiko sedang, rendah dan tidak terdampak.

Jadi Indonesia telah mampu menekan beberapa kasus sehingga terjadi perbaikan zonasi.  Namun demikian ada beberapa daerah yang kasusnya masih tetap tinggi,  perlu perhatian yang sangat ketat untuk seluruh anggota masyarakat dan pimpinan daerah agar zonanya menjadi lebih baik.

13 Kabupaten/Kota Risiko Tinggi yang telah menjadi Risiko Sedang:

Provinsi  Bali: Karangasem

Provinsi Gorontalo : Bone Bolango,  Kota Gorontalo

Provinsi Jawa Timur :  Sidoarjo, Mojokerto), Bojonegoro, Kota Mojokerto

Provinsi Maluku Utara:  Kota Ternate

Provinsi Sulawesi Utara : Minahasa Utara, Kota Bitung

Provinsi Sulawesi Selatan: Bantaeng

Provinsi DKI Jakarta : Jakarta Utara, Jakarta Timur

34 Kabupaten/Kota Risiko Sedang yang telah menjadi Risiko Rendah:

Provinsi Banten: Tangerang, Kota Cilegon

Provinsi Aceh: Aceh Tamiang,

Provinsi Jawa Barat : Bogor, Bandung, Cimahi

Provinsi Jawa Tengah : Banyumas, Klaten

Provinsi Lampung : Pesisir Barat

Provinsi Kalimantan Timur : Paser

Provinsi Kep Bangka Belitung : Kota Pangkalpinang

Provinsi Jawa Timur : Pacitan, Tulungagung, Lumajang, Probolinggo, Ngawi

Provinsi Sulawesi Barat : Majene

Provinsi  Maluku : Maluku Tengah, Seram Bagian Timur

Provinsi NTB: Lombok Utara, Kota Bima

Provinsi Papua Barat : Sorong

Provinsi Sumatera Selatan: Ogan Komering Ilir, Musi Rawas, Kota Pagar Alam, Kota Prabumulih

Provinsi Sulawesi Selatan: Pinrang

Provinsi Sulawesi Tenggara : Kolaka Utara, Muna Barat

Provinsi Sulawesi Utara : Kep Sigau Tagulandang Biaro

Provinsi Sumatera Barat : Dharmasraya

Provinsi Sumatera Utara : Padang Lawas

11 Kabupaten/Kota Risiko Rendah  Menjadi Tidak Ada Kasus:

Provinsi Sulawesi Tengah : Sigi

Provinsi Kalimantan Barat: Kota Singkawang

Provinsi Papua Barat :  Raja Ampat, Kaimana

Provinsi Sumatera Barat : Pasaman, Kepulauan Mentawai

Provinsi NTT: Manggarai

Provinsi Sulawesi Tenggara : Bombana, Kolaka Timur

Provinsi Sulawesi Utara : Minahasa Tenggara

Provinsi Sumatera Utara: Gunung Sitoli

Adapun update angka kesembuhan per provinsi adalah sebagai berikut:

Rata-rata kesembuhan secara nasional dalah 52,43 % dimana dari 34 provinsi maka 23 provinsi di atas angka nasional dan 11 provinsi di bawah angka nasional.

Angka kesembuhan tertinggi berasal dari:

1. DKI Jakarta (10.405)

2. Jawa Timur (9.330)

3. Sulawesi Selatan (4.198)

4. Jawa Tengah (3.183)

5. Jawa Barat (2.174)

Prosentase kesembuhan dari positif tertinggi berasal dari :

1. Kalimantan Barat (97,77%)

2. Kep. Bangka Belitung (94,89 %)

3. Sulawesi Tengah (89,8 %)

4. Kalimantan Utara (88,89 %)

5. Kep. Riau (87,25%)

Pada saat sekarang Pemerintah Indonesia memprioritaskan penanganan pada 8 provinsi, karena berkontribusi  sekitar 74 % dari total kasus yang ada di Indonesia:

1. Sumatera Utara

2. Kalimantan Selatan

3. Sulawesi Selatan

4. Papua

5. DKI Jakarta

6. Jawa Barat

7. Jawa Tengah

8. Jawa Timur

Diharapkan bahwa provinsi-provinsi yang menjadi prioritas dan daerah-daerah risiko tinggi dan sedang dapat bersama-sama menggalakkan promosi kesehatan dengan melaksanakan protokol kesehatan, jaga jarak, menggunakan masker dan sering cuci tangan. Diharapkan semua masyarakat menjaga imunitasnya dan semua bisa bekerja sama membuktikan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia adalah disiplin menjalankan protokol kesehatan. Dengan cara seperti ini maka setiap minggu dapat menyampaikan kabar baik karena masyarakat Indonesia makin banyak yang sehat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here