TERUPDATE – Perkembangan Penanganan Covid-19 di Indonesia per 28 Juli 2020

0
758
Prof. Wiku Adisasmito, Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 (Foto: Humas BNPB)

(Vibizmedia – Nasional) Berikut adalah update perkembangan penangangan COVID-19 secara nasional selama 1 minggu, seperti disampaikan oleh  Prof. Wiku Adisasmito sebagai Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19.

Perkembangan Kasus Positif COVID-19 Mingguan

Secara nasional jumlah kasus positif mengalami kenaikan 12,5%

Ada 5 provinsi dengan jumlah kasus tertinggi :

1. Jawa Timur (20.539)

2. DKI Jakarta (19.125)

3. Sulawesi Selatan (8.881)

4. Jawa Tengah (8.412)

5. Jawa Barat (6.039)

Kelima provinsi ini berkontribusi cukup besar pada seluruh jumlah kasus secara nasional.

Kasus baru per minggu terakhir adalah sejumlah 12.364 kasus, perlu menjadi perhatian terutama daerah penyumbang kasus terbanyak agar pemerintah daerah beserta masyarakat bisa menekan laju kasus ini dengan melakukan protokol kesehatan yang ketat.

Penambahan Kasus Meninggal Mingguan

Jumlah kematian kumulatif tertinggi:

1. Jawa Timur (1.589)

2. DKI Jakarta (759)

3. Jawa Tengah (564)

4. Sulawesi Selatan (302)

5. Kalimantan Selatan (271)

Pada minggu terakhir total jumlah kasus meningga  618 dan ini meningkat dari seminggu sebelumnya sejumlah 494

Kita semua perlu berusaha keras agar dapat menekan angka kematian ini, terutama

Tingkat Kesembuhan

Tingkat kesembuhan rata-rata  57,36% ada 24 provinsi dengan kesembuhan di atas angka nasional, 10 provinsi di bawah angka nasional. Pada minggu ini Kalimantan Barat angka kesembuhannya 97%, Babel 92 %, Sulteng 91%, Kepri 88,7%  ini sebagai analisa mingguan 19-26 Juli 2020. Diharapkan daerah-daerah lainnya juga menyusul meningkat angka kesembuhannya.

Perkembangan 2 Provinsi Untuk Menjadi Perhatian

Disampaikan juga update perkembangan 2 provinsi di daerah  untuk menjadi perhatian, yaitu :

1. DKI Jakarta

Zonasi risiko  daerah di Kabupaen Kota DKI Jakarta, ke lima daerah (Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Pusat) semuanya masuk kategori risiko tinggi. Hanya 1 daerah masuk risiko sedang yaitu Kep. Seribu.

Minggu lalu ada 33 % yaitu Jakarta Barat dan Jakarta Pusat  pada risiko tinggi (zona merah). Namun  pada minggu 26 Juli ada 5 kota di Jakarat yang risiko tinggi. Bahkan pada minggu 21 Juni ada 1 daerah yang zona tidak terdampak yaitu Kep. Seribu, sekarang sudah menjadi risiko sedang.

Secara detil bahwa dalam minggu terakhir, kasusnya meningkat drastis, minggu sebelumnya sejumlah 1.880 menjadi 2.679.

Dari gambaran distribusi kelompok umur, maka terlihat bahwa  pada usia 18-59 tahun yang tercatat positif ada 80% , sedangkan kelompok usia meninggal di atas 45 tahun ada 80%.

Dapat disimpulkan di sini bahwa  penularan terjadi kelompok usia relatif produktif sedangkan korban meninggal justru pada mereka di usia lanjut.

Sedangkan dari jenis kelamin maka kasus positif pada kelompok laki-laki dengan prosentase 52,13% sedangkan kelompok perempuan 47,87 %. Namun kalau dilihat dari jumlah kematian maka kelompok  laki-laki sejumlah 61,26%, sedangkan perempuan 38,74%. Hal ini menunjukkan bahwa harus menjaga kelompok rentan pada usia lanjut dan kelompok jenis kelamin laki-laki.

DKI Jakarta telah melampau standard WHO dalam melakukan testing, sehingga dalam jumlah kasus yang digambarkan juga cukup besar.

Diharapkan daerah-daerah lain juga harus mengikuti DKI Jakarta yang melakukan test yang begitu banyak dan bisa menggambarkan kondisinya

2. Provinsi Gorontalo

Ada 3 kabupaten/kota di Gorontalo dengan risiko tinggi dan ada 3 kabupaten/kota dengan risiko sedang.

Kalau melihat perkembangannya, dari sekitar 16,6 % untuk risiko tinggi pada minggu 19 Juli naik menjadi 50 % pada minggu 26 Juli.

Jadi ini kondisi yang perlu diperhatikan oleh masyarakat Gorontalo khususnya kabupaten/kota Boalemo, Bone Bolango dan Kota Gorontalo dengan risiko tinggi.

Kenaikan kasus pada minggu terakhir dari 72 menjadi 369 kasus, kenaikan ini lebih dari 400%, khususnya pada minggu 16 – 26 Juli.

Dari kelompok usia, maka yang terinfeksi positif adalah kelompok usia produktif 18-30 tahun sebesar 40,54%. Ini cukup tinggi. Dan yang meninggal usia 45 tahun ke atas kontribusinya 82%.

Jadi harus mampu melindungi masyarakat rentan khususnya usia lanjut. Masyarakat usia produktif benar-benar menerapkan protokol kesehatan agar tidak tertular, karena ini membahayakan kelompok yang rentan.

Isyu COVID-19 Adalah Konspirasi

Ia juga menegaskan mengenai berkembangnya isyu COVID-19 adalah sebuah konspirasi. Ditegaskan bahwa COVID-19 bukan konspirasi. Tapi seperti dapat dilihat bersama bahwa kasusnya semakin meningkat, bukan saja di Indonesia tapi di seluruh dunia. Dan sudah banyak korban yang berjatuhan. Banyak tenaga kesehatan yang gugur, tidak saja di Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Jadi tidak ada ruang yang kita menjadi lengah. Ia menegaskan bahwa hal ini menunjukkan setiap data adalah riil dan bukan berupa konspirasi. Semua pihak diharapkan ikut mengikuti apa yang terjadi, angka di seluruh dunia dan kita menjaga keamanan dan keselamatan anggota keluarga.

Public Figure agar Bijak Menyampaikan Informasi

Wiku juga mengingatkan kepada para public figure, agar setiap tindakan dan ucapannya benar-benar bisa menyampaikan pesan kepada masyarakat  berdasarkan data yang benar dan sumber yang dapat dipercaya. Ia juga mempersilahkan untuk bertanya kepada para pakar agar informasi yang benar bisa disampaikan kepada masyarakat. Karena pada prinsipnya apa yang disampaikan hendaknya tidak memberikan bencana tapi kebermanfaatan bagi masyarakat.

Ia menutup dengan mengingatkan kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa adalah tugas kita bersama untuk bersatu melawan COVID-19 agar bangsa kita bisa selamat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here